Lansia Aniaya Musuhnya di Dampit, Ternyata Sempat Dihukum

Lansia Aniaya Musuhnya di Dampit, Ternyata Sempat Dihukum
Kasi Kesra Mujiono menunjukkan lokasi penganiayaan di Dampit. (Foto: nif)

MEMOX.CO.ID – Warga dusun Lambangkuning, Desa Majangtengah, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang dihebohkan dengan ulah Mariono (57) yang tega menganiaya Satip (74) di sebuah makam Mbah Kandang Dusun Sentong, Desa Rembun, Kecamatan Dampit Kabupaten Malang pada Minggu (28/4/2024) sore.

Satip dianiaya menggunakan balok kayu yang mengakibatkan nyawanya tak tertolong usai di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan Malang. Ia meninggal sekitar pukul 23.40 WIB.

Dikabarkan, Satip mengalami sejumlah luka-luka. Pertama di bagian kepala sebanyak dua luka dan terdapat luka-luka dibagian mulut.

Kasi Kesra Desa Majangtengah Mujiono menuturkan, alasan Mariono menganiaya Satip belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sebelumnya, Mariono sempat memiliki masalah dengan Satip.

“Pada tahun 2019 Satip sempat dibacok oleh pelaku, lalu sempat diproses hukum,” katanya.

Setelah ditahan, pelaku bukannya jera, akan tetapi, dia berulah kembali pada tahun 2021. Mariono dikabarkan membacok Suparman (korban lain). Suparman dibacok lantaran masalah kerjaan yang tidak sejalan dengan korban.

“Akhirnya ditahan. Dan ini baru keluar dari tahanan. Belum satu tahun dia keluar,” terangnya.

“Lah dia berulah kembali,” lanjutnya.

Sangarnya, habis menganiaya korban, dia memberi tahu ponakannya bahwa pelaku sudah menghabisi musuhnya atas nama Satip. Dari situ informasi tersebut tersiar ke telinga warga. Lalu kemudian warga memberi tahu dirinya jika ada penganiayaan.

“Saat itu saya ada di wilayah Turen. Saya pulang dan tiba di lokasi kejadian, Satip sudah tersungkur. Namun nyawanya masih ada,” katanya.

Sontak korban dilarikan ke rumah sakit. Ia dievakuasi sekitar pukul 21.00 WIB. Meskipun mendapatkan perawatan, rupanya kesehatan Satip mulai menurun. Sekitar pukul 23.40 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia.

“Waktu di makam dia masih bernyawa. Dia meninggal di rumah saki,” katanya.

Saat disinggung waktu kejadian apakah tidak ada orang di lokasi?, ia mengaku tidak ada. Biasanya makam tersebut dijadikan tempat oleh warga untuk nongkrong maupun berkirim doa.

“Entah apa kok sore itu tidak ada orang. Makam saat itu sepi,” katanya.

Atas ulah itu, perangkat desa memasrahkan sepenuhnya kepada pihak yang berwajib. Sebab, desa sempat berdiskusi kepada anaknya agar pelaku berprilaku baik. Jangan gampang mudah tersinggung yang bisa membahayakan orang lain.

“Pada kejadian pertama dan kedua, desa sudah berdiskusi. Intinya jangan mengulangi kembali. Karena pelaku ini tempramen, mudah tersinggung, kemudian tidak takut hukum,” ujarnya.

Saat ini, pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian dan sedang dimintai keterangan. (nif/syn)