Bisnis  

Ketika Cengkeh Berjaya, Petani Tambakasri Sumawe Pernah Berencana Beli Helikopter

FT. Panen Cengkeh di Desa Tambakasri (MemoX/Sur).
FT. Panen Cengkeh di Desa Tambakasri (MemoX/Sur).

Malang, MEMOX.CO.ID – Tanaman cengkeh pernah menjadi primadona di Desa Tambakasri Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Sumawe) Kabupaten Malang dikisaran tahun 1973 silam. Tanaman jenis rempah itu pernah menorehkan kejayaan di Dusun Sidomulyo, Desa Tambakasri, sebagai penghasil cengkeh terbesar di Malang Selatan.

Dari hasil kekayaan cengkeh di desa berpenduduk 8000 jiwa itu, H.Lamu’in seorang petani cengkeh punya rencana membeli pesawat helikopter. Sayangnya, hingga diakhir hayatnya, niatan itupun tidak tercapai karena terbentur sebuah aturan.

“Orang-orang luar daerah menyebut Sidomulyo sebagai desa. Padahal, Sidomulyo itu sebuah pedukuhan. Karena disitu dominan tanaman cengkeh, sehingga nama
Desa Tambakasri lebih populer Sidomulyo” terang Kepala Desa Tambakasri Ngateno Senin(11/11/2024) kemarin.

Dikatakan Ngateno, cengkeh merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan berperan penting dalam kehidupan masyarakat desa Tambakasri kala itu. “Cengkeh Sidomulyo berjaya dikisaran tahun 1973 hingga 1975. Salah seorang petani cengkeh yang dibilang berhasil bernama H.Lamu’in. Dari pendapatan panen cengkeh yang gemilang, Abah Lamu’in hingga punya rencana membeli pesawat helikopter. Karena terbentur dengan aturan, niatan itupun tidak tercapai”, ungkap Ngateno membenarkan ceritera warga desa.

Lanjut purnawirawan TNI Angkatan Laut ini, era tahun 1973-an adalah era jaya bagi cengkeh Sidomulyo. Hampir kebanyakan penduduk Sidomulyo juga mengalami kejayaan cengkeh yang diingat orang sebagai penghasil cengkeh terbesar di Malang Selatan.

Menurut Ngateno, komuditas cengkeh di Desa Tambakasri saat ini menurut drastis sekitar 40 persen. Selain karena terserang hama, para petani disana menggantinya dengan tanaman lain. Selain kopi dan salak ada sebagian dengan kapulogo.

Sementara itu, seorang warga Desa Tambakasri mengaku, pihaknya pernah merasakan keberuntungan dari hasil panen. Kata dia, diakhir tahun 1975 jual cengkeh 50 kilogram sudah bisa beli sepeda motor Yamaha.

Kala itu, sambung pria yang enggan disebut namanya ini, harga cengkeh Rp15 ribu per kilogram. Nilai tukar waktu itu untuk satu dolar masih Rp220 ribu. Sementara harga satu gram emas sekitar Rp 9 ribu.

Tak hanya sepeda motor jenis Yamaha yang bisa dia beli, mobil Datsun yang semula jarang dimiliki, saat itu bisa dibeli. “Pada tahun 1974 saat panen raya cengkeh di Sidomulyo, para petani cengkeh berlomba-lomba membeli mobil. Termasuk H. Lamu’in yang kala itu punya rencana beli helikopter”, pungkasnya (Sur).