Dukung Ketahanan Ekonomi, Santri Ponpes Raudlatul Muta’allimien Dibimbing Budidaya Bawang Super

Santri Ponpes Raudlatul Muta’allimien Dibimbing Budidaya Bawang Super
Santri Ponpes Raudlatul Muta’allimien Dibimbing Budidaya Bawang Super. (foto: sty)

MEMOX.CO.ID– Guna kembalikan kejayaan ekonomi melalui sektor pertanian, Ponpes Raudlatul Muta’allimien Wonoasih, Kota Probolinggo, punya terobosan baru. Yakni mendidik dan membimbing santri untuk bisa paham dan mumpuni dalam mengolah lahan pertanian. Ponpes asuhan KH. Abdul Aziz ini mengembangkan inovasi 4 varietas bawang merah unggulan.

Keempat varietas tanaman bawang merah yang dikembangkan yakni jenis batu ijo, super batu, super Philip dan jenis bawang merah lokal Probolinggo. Sistem tanam bawang merah itu pun menggunakan dua cara berbeda, yaitu penanaman konvensional ala petani lokal dan penanaman kontemporer yang menggabungkan metode teori ilmiah dan empiris atau pengamatan langsung.

Pengasuh Pesantren Raudlatul Muta’allimien, KH. Abdul Aziz, mengatakan proses pengembangan budidaya bawang merah 4 varietas tersebut, mendapat pendampingan dari Dosen Ilmu Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

“Pemilihan 4 varietas bawang merah ini, nantinya akan disesuaikan mana yang cocok dengan karakter tanah, sistem tanam dan perawatannya. Sehingga nanti akan diketahui jenis bawang merah apa dan sistem bagaimana yang sesuai dengan kondisi di sini,” kata mantan anggota DPRD Kota Probolinggo ini, Selasa (19/09/2023).

Tak sendirian, pengembangan 4 varietas bawang merah unggulan ini juga menggandeng beberapa pihak. Baik itu dari segi intensifikasi pertanian, maupun dari segi pendanaan.

Untuk teknis pertanian, pondok pesantren mendapat pendampingan dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Sedangkan pendanaan, budidaya bawang merah super itu disokong oleh Bank Indonesia.

Program tersebut merupakan ‘pilot project’ pendampingan pengembangan bidang usaha budidaya tanaman bawang merah sektor pertanian pesantren yang pertama di Indonesia.

“Tujuannya supaya pesantren betul-betul mulai memikirkan kemandirian ekonomi melalui berbagai sektor usaha, karena sumber pendapatan pesantren selama ini hanya berdasarkan pada uang iuran dan uang yang lain. Jadi pesantren nantinya dapat ditopang dari kapasitas ekonomi santri dan wali santrinya dengan perkembangan pertanian,” terang Aziz.