Anggota beradaptasi dengan situasi baru melalui negosiasi makna yang terjadi dalam interaksi, yang menciptakan rasa saling pengertian dan dukungan. Namun, konflik pribadi yang tidak terselesaikan dapat mengganggu solidaritas dan kepercayaan antaranggota.Secara keseluruhan, teori interaksionisme simbolik memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana komunitas YEPE merespons tantangan lingkungan dan sosial. Proses interaksi ini tidak hanya membentuk identitas individu tetapi juga memperkuat ikatan sosial dalam komunitas, menjadikan mereka lebih tangguh dalam menghadapi perubahan
Untuk penerapan teori interaksionisme simbolik dalam konteks tantangan dan dinamika komunitas tim pendaki gunung dan penjelajah alam Malang (YEPE) mencakup beberapa aspek penting yaitu Penguatan Komunikasi Internal: Anggota komunitas YEPE perlu meningkatkan komunikasi antaranggota untuk memperkuat solidaritas. Kegiatan rutin seperti diskusi kelompok atau pertemuan informal dapat membantu anggota saling memahami pandangan dan pengalaman masing-masing, sehingga menciptakan makna bersama yang lebih kuat.
Kemudian Manajemen Konflik: Mengingat adanya potensi konflik pribadi yang dapat mempengaruhi solidaritas, penting bagi komunitas untuk memiliki mekanisme penyelesaian konflik yang efektif. Pelatihan tentang komunikasi yang konstruktif dan mediasi dapat membantu anggota menyelesaikan perbedaan dengan cara yang positif. Kemudian Adaptasi terhadap Perubahan Lingkungan: Komunitas harus proaktif dalam merespons perubahan lingkungan, baik itu perubahan iklim maupun kebijakan pemerintah. Melibatkan anggota dalam diskusi mengenai strategi adaptasi dan konservasi dapat meningkatkan rasa tanggung jawab kolektif terhadap lingkungan. (*)






