Opini  

Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kesehatan Mental di Indonesia

Ayunda Putri Wulandari

Oleh: Ayunda Putri Wulandari, 202310410311184, Prodi Farmasi E

MEMOX.CO.ID – Krisis keuangan yang melanda perekonomian global pada tahun 2023 menyebabkan resesi terdalam sejak tahun 1930an. Krisis mempunyai dampak yang bervariasi antar negara, yang mengakibatkan penurunan produk domestik bruto (PDB), peningkatan tingkat pengangguran, dan tekanan fiskal yang parah. Banyak negara mengadopsi kebijakan penghematan, dengan pengurangan besar dalam belanja publik yang berdampak pada anggaran kesehatan dan layanan sosial, dan banyak warga negara menghadapi semakin banyak ketidakamanan dan pengucilan social.

Krisis ekonomi dapat mempengaruhi kesehatan mental baik dengan meningkatnya faktor risiko, seperti pengangguran, hutang dan hilangnya status sosial ekonomi, atau dengan melemahnya faktor pelindung, seperti program perlindungan keamanan dan kesejahteraan kerja. dampak kesehatan dari krisis ekonomi telah mengungkapkan hubungan yang signifikan antara periode-periode ini dan psikopatologi termasuk bunuh diri, permulaan atau eksaserbasi gangguan mood dan kecemasan, minuman keras, dan tekanan psikologis termasuk bunuh diri.

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan mental sebagai keadaan individu bisa berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut sadar akan kemampuan yang dimiliki guna bisa mengatasi tekanan, bisa bekerja secara produktif. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) pada tahun 2018 bahwa prevalensi gangguankesehatan mental mencapai 6,1% dan hanya 1 dari 11 orang penderita gangguan kesehatan mental telah melakukan perawatan. Mahasiswa yang berada dalam batasan rentan usia remaja akhir dan dewasa awal, dimana pada masa ini merupakan masa kondisi mental yang tidak stabil,perubahan suasana hati yang tidak menentu.

Mengenai dampak krisis ekonomi terhadap penggunaan layanan kesehatan mental masih sedikit, dan metodologi yang digunakan dalam makalah ini rentan terhadap bias yang besar. Namun, bukti menunjukkan bahwa periode krisis ekonomi mungkin terkait dengan peningkatan permintaan layanan kesehatan umum, peningkatan rawat inap di rumah sakit karena gangguan mental, dan peningkatan penggunaan obat resep secara signifikan, dengan hasil yang lebih bertentangan dalam penggunaan obat- obatan tersebut. dari perawatan psikiatri khusus.

Kondisi ekonomi yang belum pulih sepenuhnya pasca pandemi COVID-19, ditambah lagi dengan ancaman resesi ekonomi tahun depan tentu bisa memengaruhi kesehatan masyarakat, terutama kesehatan mental. Bukti terbaru menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan antara resesi ekonomi dan hasil kesehatan mental. Kondisi ekonomi negara yang menurun cenderung memperburuk dan meningkatkan masalah kesehatan mental melalui meningkatnya faktor risiko sosial ekonomi. Contohnya seperti pengangguran, tekanan keuangan, hutang, dan masalah terkait pekerjaan. Mengingat pandemi COVID-19 sudah berdampak buruk pada kondisi mental banyak orang. Bukan hanya itu saja, tekanan ekonomi dan pengangguran dipercaya juga bisa berdampak buruk pada keluarga, khususnya anak-anak.

Ketika pandemi mulai berlalu dan ekonomi mulai bergerak, ternyata banyak bisnis masih mengalami kesulitan. Mulai dari tidak adanya modal kerja, ada sektor tertentu belum pulih, kesulitan menemukan pekerja tetap, dan perubahan model bisnis. Hal-hal ini menimbulkan gangguan pasokan sehingga terjadi kenaikan inflasi yang tinggi. Ini adalah tipe inflasi cost push, yang cenderung merugikan ekonomi karena kenaikan harga diikuti penurunan output pada perekonomian. Hal tersebut dapat diibaratkan seperti “efek domino” yang mana bila menyusun kartu domino, apabila terdapat satu kartu jatuh maka selanjutnya akan mempengaruhi dan memprovokasi kartu lain yang berada di dekatnya untuk jatuh.