MEMOX.CO.ID – Sebanyak tujuh Fraksi DPRD Kota Probolinggo menyampaikan Pandangan Umum dalam Rapat Paripurna Pemandangan Umum terhadap raperda ABPD Kota Probolinggo tahun anggaran 2024, di ruang sidang utama, Rabu (11/10/2023).
Melalui juru bicara masing-masing fraksi, mereka menyampaikan apresiasi. Selanjutnya, memberikan catatan penting. Kebijakan anggaran tahun 2024 merupakan kebijakan tahun transisi bagi kepala daerah dengan mengemban amanah, untuk menuju pemerintahan yang baru.
Fraksi PKB melalui juru bicaranya Eko Purwanto menyampaikan 5 poin penting. Yakni, mempertanyakan postur APBD 2024 akan mengalami perubahan setelah ditetapkan pagu difinitif oleh pemerintah pusat, kondisi umum pembiayaan kalau perhitungannya meleset bagaimana jalan keluarnya, berkaitan dengan bidang tenaga kerja ditinjau dari segi alokasi anggaran yang tidak signifikan namun banyak program yang akan dilaksanaakan apakah alokasi dananya memadai.
Juru bicara Fraksi PDI Perjuangan Supriyanto menyampaikan 7 poin pertanyaan. Yakni, program fisik untuk ditingkatkan awal pekerjaannya awal tahun, tetapi kenapa sampai sekarang selalu akhir tahun. Selain itu, banyak status PKH warga dihentikan sepihak, padahal secara obyektif tidak mampu, apa antisipasinya yang akan dilakukan.
Selanjutnya, pelaksanaan APBD 2023 terdapat beberapa program pembangunan yang sampa saat ini masih dalam proses pengerjaan, seperti program pembangunan peninggihan jalan Prof Hamka, jalan Maramis, box caulvert bundaran gladak serang yang sampai saat ini masih tahap proses pelaksanaan pembangunan.
Kemudian, kelanjutan penanganan dan penyediaan tempat pembuangan sampah (TPS) dan sarpras penanganan sampah, revitalisasi bedak pasar Baru, dan usulan musrenbang tingkat kelurahan tentang perbaikan jalan drainase lingkungan dan fasilas umum.
Fraksi Golkar melalui juru bicara Abdus Syukur mempertanyakan potensi kenaikan PAD, kesiaoan anggaran untuk menjaga stabilitas ekonomi, keamanan dan kehidupan sosial masyarakat, banyaknya bangunan dipingggir jalan yang menutupi akses air menuju sungai yabg dangkal, dukungan anggaran tradisi dan budaya kerapan sapi, dan tingginya angka perceraian.