Opini  

Wabah Kudis Tantangan di Pondok Pesantren

Oleh: M. Barli Mahbubi, Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang

MEMOX.CO.ID – Kudis atau scabies merupakan penyakit gatal-gatal dikulit yang menyerupai nanah atau lepuhan kulit bersisik, Kudis juga sangat mudah menular baik secara kontak  langsung maupun tidak   langsung, penyakit ini juga mudah menyebar keseluruh badan. Pada saat malam hari badan akan sangat terasa gatal sekali, dan penyakit ini sangat kerap  kita temui di kalangan pondok  pesantren, pondok pesantren merupakan tempat untuk mencari ilmu yang berbasis agama islam maupun ilmu umum dan berbagai kegiatan positif lainnya. Meskipun pondok pesantren merupakan tempat untuk mencari ilmu, belum tentu lingkungan di asrama bersih bisa saja lingkungan tersebut kotor, yang bisa menimbulkan kuman-kuman penyebab terjangkitnya kudis atau scabies pada santri. Lingkungan pondok pesantren yang kotor bukanlah tempat yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan santri. Dan ketidak bersihan ini juga dapat mempengaruhi kualitas air dan sumber daya di pesantren, yang dapat menjadi resiko Kesehatan bagi para santri. Oleh karena itu, menjaga kebersihan dan Kesehatan di pondok pesantren sangatlah penting untuk menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung bagi para santri dalam Upaya mereka mencapai Pendidikan agama dan pengembangan pribadi.

Edukasi tentang penyakit kudis merupakan hal yang sangat penting bagi para santri, karena pengetahuan akan membentuk Tindakan seorang santri dalam menyikapi penyakit tersebut. Jika seorang santri kurang akan edukasi tentang penyakit ini maka ia akan gampang mengidap atau tertular dari santri yang lainnya. Selain itu, pengurus asrama juga sudah membatasi pemakaian barang santri lainnya di pondok pesantren. Namun hal ini sangat sulit untuk diterapkan sepenuhnya karena banyak santri yang bandel memakai barang santri lainya. Untuk mencegah penyebaran penyakit gatal kudis atau scabies, pondok pesantren telah memberlakukan beberapa peraturan untuk mencegah santri lain memakai barang mereka. Di antara peraturan tersebut adalah wajib memakai barang milik sendiri dan menandai identitas barang tersebut. Menurut pengurus asrama, protokol kesehatan saat ini dianggap tidak efektif karena santri tidak peduli dengan peraturan pemakaian orang lain, seperti pakaian, handuk, dan peralatan mandi. Maka dari itu para santri harus mengetahui gejala dan cara pencegahan maupun pengobatan yang benar agar tidak mengidap ataupun tertular penyakit ini.

Pertama, scabies disebabkan oleh tungau berukuran kecil yang tidak dapat dilihat orang secara langsung kecuali menggunakan mikroskop. Faktor lainnya tentang penyebab terjadinya kudis yakni kepadatan populasi, kondisi kebersihan, berbagi barang pribadi, dan kurangnya edukasi. Kedua, gatal pada kulit adalah gejala utama penyakit scabies, yang biasanya memburuk pada malam hari. Gatal terlihat paling jelas di sela-sela jari kaki dan tangan. Ketiga, penyebab scabies adalah tungau, yang dapat menyebar dari satu orang ke orang lainnya. Scabies dapat menyebar melalui kontak langsung, seperti sentuhan kulit ke kulit, bersalaman, dan hubungan seksual. Bisa juga terjadi secara tidak langsung, misalnya melalui pakaian, handuk, dan tempat tidur yang dipakai bersama. Jadi tidak heran jika scabies ini mudah menular kepada satu asrama, sekolah maupun keluarga. Keempat, penyakit scabies tidak dapat sembuh sendiri. Untuk mencegah penyebaran kepada orang lain, maka gunakanlah obat scabies dalam bentuk krim atau lotion yang dioleskan pada kulit. Obat ini mengandung permethrin dan kandungan lainnya. Cara pemakaiannya sendiri yakni dengan mengoleskan obat scabies pada kulit yang gatal. Hindari area di sekitar mulut dan mata. Setelah dioleskan, tunggu selama 8–14 jam (tergantung obatnya) dan bersihkan setelahnya. Kelima, untuk menangani penyakit kudis atau Scabies, santri harus diobati secara bersamaan untuk memutus rantai penularan. Dengan cara; Tiga hari sebelum memulai pengobatan, cuci semua pakaian, seprai, dan handuk yang digunakan. Gunakan air panas selama sepuluh hingga lima belas menit sebelum mencucinya dengan deterjen. Jemur semua pakaian, handuk, dan sprei di bawah sinar matahari langsung. Bersihkan dengan hati-hati tempat tidur, atau kamar yang digunakan oleh santri yang memiliki penyakit Scabies. Cuci tangan dengan sabun cair dan dibilas menggunakan air mengalir. Jangan menggaruk lesi atau borok kulit dan gunting kuku Anda untuk mencegah penularan. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Untuk pencegahan penularan penyakit kudis atau scabies dapat berupa menerapkan pemakaian barang milik sendiri. Menjaga kekebalan imunitas tubuh dan cara menjaga kebersihan diri sendiri. Menghindari makanan yang bisa membuat kudis atau scabies semakin parah. Keenam, dampak negatif bagi seorang santri Ketika mengidap penyakit kudis adalah, Kurang fokus pada kegiatan asrama maupun sekolah. Kurang nyaman saat tidur dimalam hari karena gatal. kurang enak dilihat, dijauhin  teman-teman yang belum terjangkit kudis atau scabies, timbulnya penyakit lain yang disebabkan scabies seperti halnya demam. Ketujuh, dampak positif bagi seorang santri Ketika dia tidak mengidap penyakit kudis antara lain,Kenyamanan dan kesejahteraan,konsentrasi dalam Pendidikan,interaksi sosial yang baik tanpa khawatir tentang penularan penyakit,Pertumbuhan Rohani dan batin yang lebih baik, Santri juga bisa menggunakan obat alternatif lain misalnya, obat yang berbahan herbal atau tradisional, seperti merendam tangan dengan air hangat yang di campur garam dan sirih, meminum jamu temu ireng, lendir lidah buaya, kunyit dan lain sebagainya. Namun terkadang santri menyikat kudis dan memberinya rinso dengan tujuan supaya kudis tersebut cepat mengering, tetapi hal ini tidak disarankan, karena tindakan tersebut tidak akan efektif dalam menzgatasi infeksi gudik dan bisa memperparah iritasi kulit, yang mana tungau tungau itu akan tambah menyebar kemana mana sehingga kondisi kudis akan semakin parah dan ini tidak baik bagi santri. Lebih baik para santri memeriksakan penyakitnya ke klinik pesantren agar mendapatkan penanganan yang lebih baik dari dokter. (*)

Email: barlimhbb@icloud.com