Opini  

Tradisi Petekan Masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas

Nahda Annisa

Oleh: Nahda Annisa’, Prodi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES), Universitas Muhammadiyah Malang

MEMOX.CO.ID – Suku Tengger yang bermukim di kaki Gunung Semeru, Tengger, dan Bromo dikenal dengan berbagai ritual dan tradisi yang masih dijalankan sejak jaman Majapahit hingga saat ini. Semua aspek kehidupan pasti memiliki aturan dan tradisi sendiri, begitu juga dengan Suku Tengger. Suku Tengger memiliki aturan dan tradisi sendiri mulai dari hubungan mereka dengan alam, leluhur, pernikahan hingga kesehatan. Suku Tengger juga memiliki cara tersendiri untuk menjaga kesehatan masyarakat mereka yang tentunya masih dijalankan dengan cara tradisional.

Dilansir dari warisanbudaya.kemendikbud.go.id, salah satu tradisi Suku Tengger untuk menjaga kesehatan dan pergaulan masyarakat disebut tradisi Petekan. Petekan masih dilakukan masyarakat Tengger di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Desa Ngadas termasuk desa tertinggi di Pulau Jawa karena berada di ketinggian 2.000–3.000 meter di atas permukaan laut dengan luas area sekitar 395 Ha. Lokasi desa tersebut berada sekitar 8 km dari puncak Gunung Bromo. Sedangkan dari Kota Malang berjarak 32 km. Karena desa ini berada di daerah dataran tinggi dekat Gunung Bromo, tentunya suasana alam Tengger sangatlah sejuk. Suasana semacam ini pastinya sangat pas untuk melepas penat sekaligus menjadi tempat refreshing dan berlibur.

Di Desa Ngadas yang berlokasi di lereng barat daya pegunungan Tengger, tinggal sekitar 1.897 warga suku Tengger. Mereka tersebar di dua dusun, yaitu Ngadas dan Jarak Ijo. Dalam struktur kehidupan masyarakat Tengger, ada yang ditunjuk sebagai dukun adat untuk memimpin pelaksanaan tradisi tersebut. Dia dibantu oleh dua orang, yakni wong sepuh dan Pak Legen. Wong sepuh memiliki tugas yang berkaitan dengan kematian, sedangkan Pak Legen memiliki tugas dalam hal perkawinan warga Tengger. Selain itu dia juga bertugas untuk melaksanakan tradisi petekan. Namun tidak hanya itu saja, terdapat dukun bayi yang juga dilibatkan dalam upacara petekan.

Tradisi Petekan merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang yang telah dilakukan sejak abad ke 17 silam. Tradisi ini adalah sebuah tradisi yang dimiliki masyarakat Suku Tengger yang bertempat tinggal di kaki gunung Bromo untuk menjaga harkat dan martabat para perempuan. yang merupakan semacam tes keperawanan bagi para gadis agar tidak melakukan seks bebas, sekaligus kontrol sosial maupun kontrol alam. Mengingat setiap kali ada warga yang hamil di luar nikah, minsalnya karena melakukan perzinaan, masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas akan ditimpa bencana atau penyakit menular yang biasa disebut pagebluk. Penyakit pagebluk merupakan penyakit yang sulit disembuhkan.