Opini  

Tips Mengungkap Isi Pikiran dan Perasaan Lawan Bicara

Ft: Istimewa. (ist).
Ft: Istimewa. (ist).

MEMOX.CO.ID – Ada satu momen yang tak terlupakan ketika saya menyadari pentingnya membaca gestur. Saat itu, saya sedang duduk di kafe, ngobrol dengan seorang teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Dari awal, ada yang berbeda dalam cara dia berbicara—bahasa tubuhnya, gerakan tangan, bahkan tatapannya. Seiring berjalannya percakapan, saya mulai menyadari bahwa gerakannya sebenarnya mengungkap lebih banyak daripada kata-katanya. Dilansir Suaragong.com

Kali ini, saya ingin berbagi beberapa hal yang dapat membantu kita membaca gestur atau bahasa tubuh lawan bicara. Kita semua mungkin pernah merasa bahwa kata-kata tidak selalu mencerminkan perasaan yang sebenarnya. Memahami bahasa tubuh bisa menjadi cara ampuh untuk menggali lebih dalam.

1. Kontak Mata


Kontak mata adalah salah satu cara paling sederhana namun sering kali sulit dibaca. Ada orang yang selalu menatap langsung saat berbicara, sementara yang lain sering mengalihkan pandangan. Orang yang menjaga kontak mata umumnya lebih percaya diri dan tertarik pada percakapan. Sebaliknya, jika seseorang sering melihat ke bawah atau ke samping, bisa jadi mereka merasa tidak nyaman atau kurang tertarik. Namun, kita juga harus bijak; kadang orang mengalihkan pandangan karena malu atau sedang berpikir.

    Saya pernah salah menilai teman yang tidak menatap saya saat bercerita, berpikir bahwa dia tidak tertarik. Setelah ditanya, ternyata ia merasa canggung karena lama tidak bertemu! Jadi, penting untuk memahami konteks di balik setiap gestur.

    2. Gerakan Tangan: Aktif atau Pasif?

    Ft: Ilustrasi Pergerakan tangan


    Gerakan tangan bisa menunjukkan banyak hal. Orang yang aktif menggerakkan tangan biasanya lebih ekspresif dan nyaman. Sebaliknya, seseorang yang menyilangkan tangan di dada mungkin sedang merasa defensif atau tidak sepenuhnya terbuka terhadap topik pembicaraan. Pengalaman pribadi saya adalah ketika saya menyampaikan ide baru kepada atasan. Tanpa disadari, dia langsung menyilangkan tangan dan menunduk—tanda klasik bahwa dia tidak begitu senang dengan ide tersebut.

      Namun, jangan terburu-buru mengambil kesimpulan. Kadang menyilangkan tangan bisa jadi tanda seseorang sedang merasa dingin atau hanya kebiasaan. Jadi, selalu perhatikan keseluruhan konteks dan situasi.

      3.Perubahan Posisi Duduk


      Cara seseorang duduk juga bisa mengungkap perasaan mereka. Misalnya, jika Anda berbicara dengan seseorang yang tiba-tiba bergeser atau duduk lebih tegak saat topik sensitif dibahas, ini bisa jadi tanda mereka merasa tidak nyaman. Sebaliknya, jika mereka duduk santai, dengan posisi tubuh menghadap penuh ke arah Anda, ini bisa menunjukkan bahwa mereka merasa nyaman dan terbuka terhadap diskusi.

        Perubahan kecil dalam posisi duduk seperti ini sering kali tidak disadari, tetapi bisa menjadi petunjuk yang sangat berharga, terutama dalam percakapan penting.

        4. Senyuman: Tulus atau Palsu?


        Senyum bisa menjadi sinyal yang ambigu. Senyum yang tulus biasanya melibatkan seluruh wajah, terutama area mata, sedangkan senyum palsu hanya melibatkan bibir. Saya pernah hampir salah paham dengan klien yang memberi senyum tipis saat saya mempresentasikan proposal. Awalnya, saya kira dia setuju, tetapi setelah memperhatikan lebih teliti, senyumannya tampak ragu dan tanpa kerutan di mata—tanda bahwa ia sebenarnya membutuhkan penjelasan lebih lanjut.

          Senyuman yang tulus menunjukkan ketulusan dan kehangatan, sedangkan senyum palsu bisa menandakan bahwa seseorang hanya bersikap sopan. Memahami hal ini bisa sangat penting, baik dalam pertemuan bisnis maupun interaksi sosial lainnya.

          5. Gerakan Kepala dan Ekspresi Wajah


          Gerakan kepala juga bisa menjadi petunjuk apakah seseorang setuju atau tidak. Anggukan kecil berulang kali biasanya menunjukkan persetujuan atau ketertarikan, sementara gelengan cepat atau kepala yang menunduk bisa berarti mereka tidak sepenuhnya yakin atau sedang mempertimbangkan ulang. Ekspresi wajah, tentu saja, sering kali lebih jujur daripada kata-kata. Jika seseorang mengernyit meski mengatakan “ya,” mungkin ada keraguan yang tersimpan di baliknya.

            Mengamati gestur lawan bicara bukanlah sekadar membaca permukaan. Butuh latihan dan kesabaran untuk benar-benar memahami apa yang tersirat dari setiap gerakan kecil. Namun, semakin sering berlatih, kita akan semakin mahir dalam membaca bahasa tubuh orang lain, yang pada akhirnya akan memperkaya komunikasi dan percakapan. Saya sendiri telah membuktikannya, dan hasilnya sungguh luar biasa!. (crys)