Malang, MEMOX.CO.ID – Untuk mencari buruh tani seperti petik cengkeh dan kopi di Desa Sidoasri Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang belakangan ini terasa sulit. Kalimat itu disampaikan Elda, seorang Kepala Dusun Sidoasri beberapa waktu lalu. Elda menceriterakan kesejahteraan warga di desanya ketika MemoX berkunjung ke Sidoasri. Dan itu atas seijin Kepala Desa Sidoasri Andiek Ismanto.
Jelas Elda, jika dibanding 10 tahun lalu, saat ini desa berpenduduk sekitar 6000 jiwa ini terjadi banyak peningkatan terutama dalam hal ekonomi. “Dari pantauan saya selaku Kepala Wilayah, untuk angka perekomian di Desa Sidoasri belakangan ini sangat meningkat,” ungkap Elda.
Kesejahteraan tersebut tercapai, selain warga disitu sudah banyak memiliki lahan pribadi juga disokong hasil kerjasama dengan Perum Perhutani KPH Malang. Kerjasama tersebut selain saling menguntungkan juga meningkatkan kemampuan peran serta masyarakat dalam melestarikannya.
Disisi lain, sambung Elda,sebagai penghasil utama di Sidoasri yaitu pisang dan kelapa. “Untuk tanaman musiman selain dominan areal persawahan dengan tanaman padi juga ada lahan perkebunan seperti tanaman cengkeh, kopi dan kelapa,” sebut Elda.
Untuk diketahui, pada awalnya, Desa Sidoasri merupakan pedukuhan Desa Tambakasri yang kemudian terjadi pemekaran pada tanggal 14 Agustus 2007.
Sesuai ketetapan Bupati Malang dengan
Perda No. 07 Tahun 2007. Kepapa Desa pertama adalah PJS dari Kecamatan Sumbermanjing Wetan yang bernama Agus Istiwanto.
Tak hanya itu, Desa Sidoasri juga pernah meraih juara harapan 3 dalam lomba desa Kabupaten Malang 2023 dengan nilai total 9.032,5.
Sementara itu, Charles Jemy Napotmi Manuhutu seorang Kaur Umum Desa Sidoasri menjelaskan, untuk kesejahteraan yang digapai oleh warga Sidoasri saat ini, selain warga Sidoasri memang terkenal ulet dan tekun, ada juga sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) ke luar negeri seperti ke Hongkong dan Taiwan.
Untuk sektor pertanian, lanjut Jimy, meski saat ini sudah ada peningkatan seperti pengelolaan sawah, jika sebelumnya masih menggunakan tenaga manual, kini sebagian petani sudah beralih dengan menggunakan sarana mesin.
“Untuk keluhan para petani yang sering saya dengar saat ini yaitu kelangkaan pupuk bersubsidi. Hal ini menjadi masalah klasik dan selalu terjadi di setiap musim tanam, baik tanaman padi maupun palawija,” pungkasnya (Sur).