Hukum  

Perjuangan Tak Mustahil, Penjual Bakso Sukses Jadi Praktisi Hukum

Perjuangan Tak Mustahil, Penjual Bakso Sukses Jadi Praktisi Hukum
Kepedulian Ahmad Sumedi seorang praktisi hukum muda yang tak pernah lelah membantu masyarakat.(foto:huda)

MEMOX.CO.ID – “Saya sangat meyakini dengan perjuangan tidak ada yang mustahil, Man jadda wajada,” kata Ahmad Sumedi, seorang praktisi hukum muda di Probolinggo, Minggu (01/10/2023).

Apa yang diucapkan, itulah kehidupan yang dia jalani. Hidup butuh kerja keras dan kesungguhan untuk mencapai yang dicita-citakan. Orang tidak mengira, tahapan hidup Ahmad Sumedi yang kini dikenal praktisi hukum itu bekas penjual bakso keliling,.

Tidak orang yang tidak ingin sukses. Namun untuk mencapai kesuksesan tersebut tidaklah mudah, jalan ke sana penuh dengan rintangan berpeluh-berpeluh bahkan hingga berdarah- darah.  Semua tidak ada yang instan, rejeki, jodoh dan maut itu takdir Tuhan. Karena itu, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi dengan kehidupan seorang anak manusia ke depan.

Praktisi hukum muda kelahiran Serang, 2 April 1984 ini, kemudian sempat menyelesaikan pendidikan Ilmu Hukum  pada Fakultas Hukum Universitas Yos Sudarso Kota Surabaya. Sambil menyelesaikan pendidikannya, Ahmad Sumedi aktif di berbagai organisasi sebagai Ketua LBH AKN Probolinggo, Sekretaris Daerah Gerakan Raya Indonesia Bersatu (GRIB) Jawa Timur yang dipunggawai Rosario de Marshal alias Hercules sebagai Ketua Umum.

Suami dari Nuning Atiqo yang dikaruniai tiga orang anak, berdomisili di jalan Sunan Ampel RT  03 RW 07 Kelurahan Jrebeng Lor Kecamatan Kedopok Kota Probolinggo ini pernah menggeluti profesi wartawan, dan menjuarai lomba karya tulis mahasiswa (LKTM) peringkat 3 se Jawa Timur.

“Profesi praktisi hukum sebuah profesi mulia yang juga disebut sebagai Oficium nobile. Selain membutuhkan kemampuan ilmu hukum yang mumpuni dari seorang sarjana hukum, harus piawai dan punya nyali dalam mengemban tugas yang diberikannya,” ucap Ahmad Sumedi.

Selayang pandang perjalanan Ahmad Sumedi hingga hari ini tak lepas dari peran keluarga dan sosok Ibu yang dikaguminya. Dirinya memotret figur kesederhanaan Ibu sebagai motivasi selama berproses dan untuk survive sebagai  perantau untuk tetap bergaul, belajar, dan bersahabat dengan baik.