Opini  

Pengaruh Suhu pada Sapi Perah

Fajar Aditya

Oleh: Fajar Aditya, Prodi Peternakan, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang

MEMOX.CO.ID – Saat ini Indonesia telah memasuki musim panas atau biasa disebut dengan kemarau, Pada 2023 suhu mencapai 37,4 derajat Celcius di Majalengka, Jawa Barat, hal ini menjadi wilayah dengan suhu terpanas di Indonesia. Dalam dunia peternakan terutama pada sapi perah, suhu merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan hal ini di karenakan sapi perah merupakan sapi yang mudah mengalami penurunan produksitas saat sapi mengalami stress. Dalam hal ini perlu di ketahui bahwa suhu udara rata rata yang cocok dijadikan sebagai tempat untuk peternakan sapi perah berkisar antara 22,2 °C hingga 24,5 °C (Anonimusa, 2012). Pada umumnya peternakan sapi perah berada di wilayah yang memiliki suhu dingin dan sejuk hal ini di bertujuan untuk menghindari terjadinya ternak mengalami stress akibat kepanasan. Selain terjadinya stress pada ternak suhu panas juga dapat mengakibatkan produksi susu rendah dan tingkat penyakit yang lebih tinggi.

Stess akibat suhu yang panas dapat terjadi karena sapi menghasilkan dan menyerap lebih banyak panas dari pada yang dapat di keluarkan oleh sapi itu sendiri. Ada beberapa tingkatan suhu dan efek stress pada ternak yaitu pada suhu 38 °C – 40 °C sapi mengalami stress ringan hingga sedang, 40 °C – 41 °C sapi mengalami stress sedang hingga parah, jika suhu sapi mencapai lebih dari 41°C sapi akan mengalami stress berat.

Sapi perah yang mengalami stress ringan akan mengakibatkan menurunnya produksi susu sekitar 2,5 pon/ekor, stress ringan hingga sedang mengakibatkan produksi susu sekitar 6 pon/ekor, stress sedang hingga berat mengakibatkan penurunan sekitar 9 pon/ekor, sedangkan pada stress berat mengakibatkan penurunan 10 pon/ekor kondisi stress berat ini juga dapat mengancam jiwa pada ternak atau beresiko kematian. Sapi perah yamg mengalami stress biasanya bernapas dengan mulut yang terbuka dan terengah engah, leher terentang dan sapi akan tampak lesu. Pada sapi perah dewasa yang normal memiliki laju pernapasan berkisar antara 40 hingga 60 napas permenit, jika lebih dari 10%  dan lebih dari 100 bpm maka situasi tersebut dianggap sebagai situasi yang darurat dan harus dilakukan penanganan pada sapi perah tersebut.

Suhu yang mempengaruhi  ternak pada sapi perah dapat di cegah dan diminimalisir dengan beberapa cara diantaranya pemberian naungan  pada kandang ternak hal ini dapat mengurangi beban panas matahari, naungan yang baik dapat memberikan keteduhan pada ternak tetapi hal ini perlu di perhatikan juga dikarenakan jarak yang dibutuhkan antar naungan yang digunakan supaya sapi tidak saling berebut tembat untuk berteduh, selain menggunakan naungan penggunaan ventilasi udara juga dapat mengurangi panas pada sapi dan juga suhu pada kandang hal ini di karenakan terjadinya pertukaran udara dari luar dan dari dalam kandang, pertukaran udara atau ventilasi dapat dilakukan dengan cara mekanis dan alami.

Cara verntilasi mekanis adalah ventilasi yang menggunakan alat atau kipas sebagai pembantu untuk mempercepat masuk dan keluarnya udara dari dalam keluar ataupun memasukkan udara dari luar kedalam kandang jika kandang bertipe close atau tertutup. Sedangkan ventilasi secara alami adalah ventilisasi yang tidak menggunak alat atau dengan cara memberi lubang sebagai tempat masuk dan keluarnya udara. Pemberian air pada sapi perah juga dapat menurunkan suhu pada sapi, hal ini dikarenakan sapi perah yang mengalami kenaikan suhu biasanya membutuhkan lebih banyak air dari sapi yang normal. Selain suhu panas yang dapat mempengaruhi produksi dan kesehatan sapi perah adalah suhu yang dingin atau lembab juga berpengaruh pada kesehatan sapi perah hal ini dikarenakan banyaknya ion ion air yang menguap dan dihirup oleh sapi perah sehingga sapi mengalami kembung karena terlalu banyak menghirup udara yang memiliki kandungan banyak air. Biasanya kelembapan kandang terjadi karena kurangnya jalur pembuangan air, air yang mengendap atau menggenang, dan dapat juga dikarenakan oleh curah hujan yang tinggi di area kandang.

Sapi perah berusaha untuk menjaga keseimbangan ternal dengan cara meningkatkan dispresi panas serta mengurangi dan membatasi produksi panas, sehingga mempengaruhi serta mengganggu karakteristik pada sapi perah. Sebuah jurnal yang disusun oleh (Nuriyasa,dkk 2015) memiliki hasil penelitian yang menunjukkan bahwa temperatur udara, kelembapan pada udara dan temperature humidity index  kandang sapi di daerah dataran tinggi lebih rendah (P<0,05) dari pada dataran sedang dan rendah.

Tidak terjadi perbedaan yang nyata (P>0,05) pada variable intensitas radiasi matahari dan kecepatan angin pada pada semua perlakuan.Temperatur kulit, temperatur rektal dan frekuensi pernafasan sapi yang dipelihara pada daerah dataran rendah adalah lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan daerah dataran sedang dan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa kondisi iklim micro kandang dan respon fisiologi sapi yang di pelihara di daerah dataran rendah lebih jelek dibandingkan dengan daerah dataran yang lebih tinggi. Hal ini, kita ketahui bahwa memang suhu yang ada pada dataran rendah akan relatif lebih panas dari pada suhu yang ada pada dataran tinggi yang suhunya relatif lebih sejuk dan cocok untuk sapi perah. Pada sapi perah sendiri akan merasa lebih nyaman berada pada suhu yang sejuk dari pada suhu yang relatif panas. Pada dasarnya suatu proses akan berjalan baik jika proses tersebut di tunjang dengan baik, pada sapi perah sendiri jika kita ingin produktifitas sapi berjalan baik bahkan meningkat kita harus menunjang kebutuhannya dengan baik, sebagai contoh adalah suhu kandang, udara sekitar maupun sapi perah itu sendiri yang harus bias membuat sapi perah merasa nyaman sehingga produktifitas akan naik karena sapi tidak mengalami stress.