MEMOX.CO.ID – Pengamat Komunikasi Politik Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof Anang Sujoko mengatakan, jika petahana M Sanusi ingin menang dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Kabupaten Malang, ia menyebut jangan memilih dari satu partai sebagai wakilnya.
“Karena ini sangat berat. Karena dari konstituen yang sama. Maka untuk bisa mengangkat elektabilitasnya, itu harus lintas partai. Terutama kalau memiliki kedekatan pada Nahdiyin,” katanya, Jumat (21/6/2024).
Bisa juga tidak memiliki kedekatan dengan Nahdiyin, namun dia (wakil) memiliki mesin politik yang kuat. Salah satu yang dicontohkan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UB ini adalah Kresna Dewanata Prosakh putra mantan Bupati Malang Rendra Kresna.
Dewa, sapaan akrabnya Dewanata Prosakh, dinilai sosok yang pas untuk mengangkat elektabilitasnya. Bahkan, politisi Partai Nasdem ini disebut lebih berpotensi menang dibandingkan menggandeng Lathifah Shohib. Walaupun kekuatan Lathifah Shohib kader PKB ini tidak bisa diragukan.
“Ini berpotensi ke arah sana. Sehingga kalau pak Bupati ingin membangun lebih besar ya harus seperti itu,” katanya.
“Tetapi kekuatan Lathifah tidak bisa dianggap remeh juga,” jelasnya.
Kenapa Dewa dianggap pantas untuk dipikirkan oleh petahana dalam pesta lima tahunan nanti, sebab, ada sosok ayah yang pernah menjabat sebagai Bupati Malang. Sosok ayah itulah membawa dampak terhadap mesin politik di Kabupaten Malang.
Dan terbukti, pria kelahiran 1985 ini sempat dua periode menjabat sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) 2014-2019 dan 2019-2024. Ia mewakili daerah pemilihan Jawa Timur V, yang meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu.
“Kalau Abah Kholiq saya belum memiliki data valid, yang sudah terbukti Bu Lathifah dan Dewa,” terangnya.
Meski begitu, Anang berharap, Pilkada di Kabupaten Malang terdapat tiga sosok calon yang bertarung. Agar memberikan pendidikan demokrasi kepada masyarakat.
“Agar menghindari polarisasi untuk menciptakan stabilitas pemerintahan. Kemudian kedua saya tidak ingin ada politik prakmatis. Tidak ingin membangun poros sendiri ikut-ikutan saja dan asal menang. Itu saya tidak ingin terjadi,” pungkasnya. (nif/syn)