Musim Penghujan, Pengrajin Bata Merah di Blitar Mengeluh

BATA MERAH : Tukiman, salah seorang pengrajin bata merah, asal Desa Langon Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar.

MEMOX.CO.ID – Sejak dua bulan terakhir, pengrajin bata merah di Kabupaten Blitar mengeluhkan tingginya curah hujan. Hal ini menyebabkan produksi dan omset penjualan menurun drastis.

Di musim penghujan pengrajin susah mengolah bahan baku bata merah untuk menjadi bata merah yang siap jual.

Minimnya sinar matahari menjadi penyebab pengrajin kesulitan menjemur bata merah. Padahal untuk mencetak bata merah yang berkualitas harus melalui tahapan penjemuran.

Biasanya di musim panas mereka menjemur bata merah selama kurang lebih dua bulan. Namun di musim penghujan, diperkirakan bisa mencapai tiga bulan. Sedangkan untuk proses pembakaran bata merah dilakukan satu bulan sekali.

Salah seorang pengrajin bata merah, Tukiman, asal Desa Langon Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar mengatakan, sejak musim penghujan dua bulan terakhir, produksinya menurun drastis hampir 80 persen.

“Kami tidak bisa produksi sebanyak tahun lalu, karena cuacanya ekstrem tidak bisa ditebak,” kata Tukiman, Rabu (10/01/2024).

Lebih lanjut Tukiman menyampaikan, saat kemarau dirinya bisa membuat sekitar 30 ribu bata merah dalam sebulan. Namun kali ini, tidak ada setengahnya.

“Dengan kondisi saat ini, bata merah yang sudah tercetak dan siap dikeringkan bisa rusak, karena hujan yang turun tiba-tiba. Ini membuat kami merugi. Bata merah ini kami jual dengan harga Rp 1 juta per 1.000 buah,” pungkasnya. (fjr)