MEMOX.CO.ID – Berakhirnya masa jabatan Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin pada 31 Desember 2023 mendatang, tampuk pemerintahan di Pemkot akan dipimpin oleh Penjabat (Pj) Wali Kota. Hingga kini, belum tahu siapa yang bakal menjadi Pj wali kota sementara di Bumi Bayuangga. Apalagi Pemkot dan DPRD Kota Probolinggo belum mengusulkan dan membahas tiga nama ke Presiden.
Meski begitu, siapa pun yang dipilih oleh Presiden sebagai penjabat wali kota, masyarakat Kota Probolinggo akan menerimanya. Dengan catatan, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Hal itu terungkap dalam diskusi terbatas yang menghadirkan anggota DPRD Kota Probolinggo dari Fraksi Gerindra dr. Aminuddin, Dosen Fisip Universitas Panca Marga (UPM) Kota Probolinggo Renny, Pemerhati Kebijakan As’ad Anshari, Praktisi Hukum SW Djando Gadohoka, dan Paktisi Pendidikan Dawam Ikhsan.
Dosen Universitas Panca Marga Kota Probolinggo Renny mengatakan, alangkah baiknya yang menjadi penjabat Wali Kota Probolinggo bukan dari petugas partai. “Penjabat Wali Kota Probolinggo jangan membawa warna apa pun. Jika dia datang atas nama partai maka saya yakin dan percaya Kota Probolinggo tidak sesuai harapan masyarakat,”kata Renny.
Selain itu, Renny mengatakan, jika yang menjadi penjabat Wali Kota tersebut berdarah Kota Probolinggo dirinya harus mempelajari terlebih dahulu tentang situasi terkini karena situasinya saat ini berbeda dengan 10 tahun lalu.
Dirinya pun mencoba mengulas sedikit prinsip dan karakter masyarakat Kota Probolinggo. Pada prinsipnya, masyarakat saat ini masih kental dengan kearifan lokal dan mudah menerima pembaharuan demi kebaikan bersama.
“Kota Probolinggo itu punya prinsip, mereka juga mudah menerima pembaharuan demi kebaikan. Orangnya sangat ramah bagi siapa pun yang datang memimpin. Akan tetapi, jangan pernah membuat mereka merasa tersinggung, itu yang dijaga,” katanya.
Tidak hanya itu, masyarakat Kota Probolinggo sangat kritis terhadap kebijakan yang dinilai tidak sejalan dengan dengan mereka. Meskipun kritis, tetapi mereka mudah menerima klarifikasi.
“Masyarakatnya hobi politik, tetapi mereka tidak mau dipolitisasi. Siapa pun bisa berbicara politik kalau ditantang bicara,”ucap Renny.