Opini  

Keegoisan Rezim Teokratis Adalah ‘Koentji’

Britannica.com

Oleh: Inda Annisya Rahmat – Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang

Sudah beranjak lebih dari 1 tahun semenjak ditangkapnya Mahsa Amini, seorang Perempuan berumur 22 tahun asal Iran yang meninggal secara misterius setelah ditangkap dan ditahan oleh polisi setempat.

KRONOLOGI

Selasa, 13 September 2022 Mahsa diketahui sedang melakukan kunjungan ke rumah kerabatanya di Teheran dari wilayah Kurdistan. Mahsa pergi Bersama dengan adik laki-lakinya, Kiarash. Namun, ia dihentikan oleh polisi moral yang bertugas memantau cara Perempuan Iran berpakaian, salah satunya adalah hijab. Mahsa ditangkap oleh polisi moralitas Iran setelah mereka menemukannya melanggar aturan berpakaian Perempuan Iran, yaitu mengharuskan Perempuan mengenakan hijab. Mahsa dianggap tidak mengenakan hijab sesuai syariat dan aturan yang berlaku.

Dilansir dari IranWire, keluarga Mahsa menyampaikan bahwa polisi menculik anak perempuannya dan membawanya ke mobil polisi. Mengutip CNN (21/09/2022) Kiarash, saudara laki-laki Mahsa, sempat berupaya untuk menghalang Tindakan polisi. Namun, polisi mengatakan Mahsa akan diberikan edukasi ulang selama setidaknya satu jam di kantor polisi.

Ketika ia menunggu Mahsa di kantor polisi, Kiarash mengaku melihat datang nya satu ambulan yang secara rahasia membawa Mahsa ke rumah sakit.

Polisi mengatakan Ketika sedang dalam proses penahanan, Mahsa pingsan dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit yang mana kemudian Mahsa dinyatakan meninggal setelah sempat mengalami koma. Kejadian ini menjadi pertanyaan besar yang dilayangkan kepada pihak kepolisian yang kemudian disangkal oleh mereka jika polisi menganiaya Mahsa, seraya menyatakan bahwa kematian Mahsa disebabkan karena serangan jantung dan mati otak.

REFRL.org

Keluarga Mahsa menyangkal dengan keras bahwa Mahsa tidak memiliki catatan penyakit, terutama penyakit jantung. Pihak keluarga juga menambahkan Mahsa dalam keadaan sehat dan tidak sedang menderita penyakit apapun saat ditangkap.

Kematian Mahsa yang dianggap misterius dan tidak transparan ini menimbulkan banyak protes besar-besaran yang terjadi di Iran selama lebih dari seminggu. Para demonstran melakukan aksi membuka dan membakar hijab, serta memotong rambut sebagai bentuk protes kepada pemerintah terutama para aparat kepolisian. Seraya aksi, para demostran juga terus menyerukan “Perempuan, hidup, kebebasan” berulang kali.

REAKSI PEMERINTAH

“Kami menekankan perlunya Tindakan tegas tanpa keringanan hukuman terhadap penghasut inti kerusuhan”, kata Kepala Kehakiman Iran, Gholamhossein Mohseni Ejei pada Minggu (25/9/2022).

Diketahui bahwa Iran telah mengambil kebijakan ketat soal penggunaan hijab setelah memberlakukan Hukum Islam pasca revolusi 1979.

Atas kejadian penangkapan dan kematian Mahsa Amini, pihak berwenang mengatakan akan melakukan investigasi terhadap kematiannya. Tak hanya terkait Amini, seruan untuk perubahan rezim juga meningkat. CNN melaporkan bahwa para demonstran juga terdengar meneriakan yel-yel ‘kematian bagi diktator’. Ini mengacu pada Pemimpin Tertinggi negara itu, Ayatollah Ali Khamenei.

Untuk memadamkan aksi tersebut, Pemerintah Iran mengambil sejumlah Langkah. Salah satunya adalah pemblokiran beberapa platform media sosial seperti WhatsApp, Instagram, dan Skype.

Pemerintah Iran juga mengambil Langkah tegas dengan memanggil duta besar Inggris dan Norwegia. Teheran mengklaim protes ini dipicu oleh pemberitaan yang dibuat oleh media berbahasa Farsi di London.

Dengan Norwegia, Iran menyampaikan ketidaksetujuannya pada pernyataan juru bicara parlemen negara yaitu Masud Gharahkhani. Gharahkhani sendiri merupakan tokoh kelahiran Iran dan menyatakan dukungannya pada para pengunjuk rasa.