Oleh: Gladi A. K, NIM : 202410201120062
MEMOX.CO.ID – Pertanian jagung merupakan salah satu komoditas penting di indonesia selain padi dan kedelai. Jagung memiliki peranan penting dalam kebutuhan pangan dan pakan karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi seperti protein, serat, vitamin A, B, C, seng, dan zat besi (Islam at el., 2023). Berdasarkan data dari BPS (2023) kebutuhan pangan jagung mencapai 16,98 juta ton.
Petani indonesia mampu menghasilkan rata-rata 15,64 juta ton per tahun (BPS. 2024). Perolehan data tersebut produktivitas jagung menurun sebesar 1,34 juta ton atau sebesar 10%. Penurunan tersebut disebabkan oleh hama tikus yang mampu merusak jagung dari fase vegetatif hingga fase generatif ketika bonggol sudah muncul. Kerusakan tanaman jagung di beberapa wilayah mengakibatkan gagal panen.
Hama tikus menyerang pertanaman jagung seluas 4.588 ha di Indonesia (BDSP. 2023). Menurut Azis et al. (2023) Petani jagung telah berupaya pengendalian hama tikus seperti penggunaan varietas tahan tikus, metode gropyokan, dan penggunaan racun tikus atau pestisida kimia. Sebagian besar petani memilih cara instan dan praktis, yaitu dengan racun tikus atau pestisida kimia (Pu’u et al., 2022).

Hal tersebut memiliki dampak negatif terhadap lingkungan seperti matinya organisme non target (musuh alami dan mikroorganisme tanah), resistensi hama, kerusakan tanah akibat residu kimia yang digunakan, serta menimbulkan permasalahan kesehatan pada manusia (Alengebawy et al., 2021). Maka dari itu diperlukannya pengendalian hama tikus yang tepat supaya tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan, seperti pemanfaatan sumber daya hayati umbi Gadung dan ubur-ubur sebagai KB tikus dan pupuk (feed KB fertilizer) (Nurzakiyah et al., 2024).
Pemilihan umbi gadung dioscorea hispida sebagai bahan KB tikus karena mengandung senyawa diosgenin yang berfungsi sebagai antifertilitas bagi tikus, mengandung alkaloid yang berguna sebagai racun bagi tikus, dan juga sebagai insektisida alami karena alkaloid berfungsi sebagai pertahanan tanaman terhadap serangan hama (Dian et al., 2020). Ubur-ubur mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman dan mampu memperbaiki tanah akibat kerusakan yang disebabkan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
Kandungan dalam ubur-ubur terdapat 13,05% nitrogen, 0,73% phosphor, 0,03% kalium, 0,07% kalsium, 0,06%, magnesium, 2,05% natrium, 41,6% karbon dan 3,2% C/N (Basri et al., 2024). Indonesia mampu memproduksi umbi gadung sebesar 2,5 juta ton pertahun. Potensi tersebut harus dimanfaatkan salah satunya digunakan untuk bahan KB tikus sekaligus pupuk untuk tanaman Jagung dan memperbaiki struktur tanah. Banyaknya populasi ubur-ubur di kota pasuruan mengakibatkan terganggunya aktivitas manusia di pesisir pantai pada saat mencari ikan.

Maka dari itu, diperlukannya pengelolaan ubur-ubur dengan tepat untuk mengatasi masalah tersebut (Sulistyawati et al., 2024). Feed KB fertilizer (KB pupuk pakan) merupakan produk kombinasi antara umbi gadung dan ubur-ubur yang dijadikan pelet. Pemilihan bentuk pelet dikarenakan lebih efektif untuk hewan pengerat seperti tikus. Pengaplikasian tersebut dapat dilakukan ketika awal penanaman hingga fase generatif. Penerapannya cukup mudah karena hanya disebar atau diletakkan di sudut-sudut lahan yang telah disiapkan. Mekanisme KB tikus tersebut disebar, lalu tikus akan memakannya dan memberikan efek, apabila ada beberapa KB tikus tidak termakan akan menjadi pupuk karena KB tikus tersebut mengandung mikro dan makro nutrisi dan perlahan terdekomposisi, sehingga membantu perbaikan untuk tanah.
Waktu efektif pemberian tersebut ketika sore dan malam hari dikarenakan tikus aktif ketika sore dan malam hari (Puan. 2024). Pemilihan metode ini untuk pemanfaatan pengelolaan sumber daya hayati di sekitar kita diharapkan mampu membantu para petani untuk meningkatkan produksi jagung, memperbaiki kesuburan tanah, dan mampu menekan populasi hama tikus. (*)






