Opini  

Asma Bronkial

Ratna Novita Sari

Oleh: Ratna Novita Sari, Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang

MEMOX.CO.ID – Peremuan berusia 30 tahun asal malang tiba di  RSUD universitas muhammadiyah malang , Dibawa oleh keluarganya dalam keadaan sadar dengan gejala utama kesulitan bernapas. Sesak napas muncul secara tiba-tiba pada malam hari 30 menit, Pasien mengatakan bahwa sebelumnya dan sering mengalami gejala sesak nafas yang disebabkan oleh perubahan suhu atau cuaca dingin, debu, bulu dan asap. Pasien mengatakan saat tidur sulit bernafas. Karena, sesak nafas pasien sering kali merasakan kondisinya memburuk dalam semalam. hingga hari pertama terakhir kali saya kesulitan bernafas adalah 2 bulan yang lalu. Bagian kesulitan bernafas dimalam hari juga 2 bulan yang lalu . Batukdisetrai lendir berwarna putih yang sulit dikeluarkan. Batuknya muncul sebelum terasa sesak nafas, batuk terjadi 1 hari sebelum gejala sesak nafas. Riwayat penyakir sebelumnya: alergi debu, pilek, bersin pagi selama hari.

Seorang pasien wanita berusian 30 tahun mengeluh sesak nafas. Pasien mengeluh mengi, batuk berdahak yang sulit dikeluarkan, mual, dan sakit perut. Pasien mengaku sering mengalami sesak nafas ringan diikuti mengi dan dada sesak selama 3 tahun terakhir. Hal ini terjadi ketika udara dingin,terkena debu saat menyapu rumah, membakar sampah,dan lebih parah pada malam hingga dini hari. Pasien mengatakan bahwa sejak kecil mudah bersin dan batuk bila tekena zat-zat diatas, namun tidak meminum tablet hisap karena merasa akan hilang dengan sendirinya.

Berdasarkan keluhan yang dialami diatas, ditandai dengan gejala pernafasan pada penderita asma. Rangkaian gejala yang dialami pasien perlu dikaji lebih lanjut. Gejala khas asma adalah lebih dari satu gejala (mengi, sesak nafas, batuk, dan dada terasa sesak) terutama pada orang dewasa gejala yang sering memburuk pada malam hari atau dini hari.gejala bervariasi seiring waktu dan identitas gejala dipicu oleh infeksi virus (flu), aktivitas fisik, paparan alergen, cuaca, emosi, dan iritan seperti rokok atau bau yang menyengat. Ciri-ciri batuk pada asma berkisar dari tidak berdahak hingga berdahak karena banyak dahak yang berlendir dan seringkali sangat kental. Resiko terjadinya asma merupakan interaksi antara faktor rumah dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat menyebabkan orang dengan kecenderungan terkena asma mengalami gejala asma yang persisten.

Asma merupaka suatu kelainan inflamasi kronis pada saluran pernafasan. Hal ini menyebabkan hiperreponsif saluran nafas yang ditandai dengan mengi, kesulitan bernafas, rasa berat didada, dan batuk, terutama pada malam atau dini hari. Asma adalah gangguan aliran udara intermiten yang bersifat reversible dan hanya mempengaruhi saluran nafas, bukan alveoli.gangguan aliran udara terjadi melalui dua cara yaitu inflamasi (peradangan) dan hiperrenpositif saluran nafas. Peradangan terjadi pada  bagian dalam saluran nafas. Hiperrenpositif saluran nafas disebabkan oleh spasme ringan pada otot bronkus, yang menyebabkan penyempitan saluran nafas kearah luar.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan rasa sesak nafas dan mengi pada awal ekspirasi pada kedua lapangan paru. Dispnea cenderung bervariasi tergantung pada tingkat keparahan obstruksi aliran udara ekspirasi. Mengi, paling sering terlihat pada serangan asma akut, adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suara yang dihasilkan oleh tulburensi aliran udara disaluran udara sempit. Penyempitan saluran nafas pada asma merupakan masalah kompleks. Hal ini terjadi karena sel mast melepaskan mediator yang biasanya terdapat pada permukaan mukosa bronkus, dilumen saluran nafas, dan dibawah membrane basal. Pada gejala asma, yaitu batuk sesak dengan mengi merupakan akibat dari obstruksi bronkus yang disadari oleh inflamasi kronik hiperaktivitas bronkus.

Dilakukan pemeriksaan tambahan berupa rontgen dada untuk menyingkirkan penyakit selain asma. Pada paru terjadi peningkatanpola pembulu darah bronkus dan terlihat dibintik kecil pada suprahillaris kanan dan kiri. Secara terori pemeriksaan radiologi pada asma bronkial secara umum normal.namun pemeriksaan pada serangan asma bronkial ini dapat menunjukkan hiperinflasi paru berupa peningkatan radiolusensi dan pelebaran ruang interkostal serta penurunan diafragma.

Pasien dirawat dan dikelola  dengan nutrisi dan hidrasi yang adekuat melalui cairan intravena serta oksigen 3 dengan kecepatan 3-5 menit melalui kaluna hidung. Perawatan medis meliputi infus, aminopillin tetes 1/hari, nebulizer ventolin reps /8jam,  satu vial omeprazole, metilprednisolon, furosemide, kodein tablet, cetirizine. Pengobatan dimulaidengan kontrol oksigen dengan target saturasi. Namum pada prinsipnya penatalaksanaannya asma diklafikasi menjadi 2 (asma akut dan asma jangka panjang).

Dapat juga digunakan untuk mengobati bronkospasme akibat olahraga sebagai tindakan penjegahan jangka pendek. Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meminimalkan pengunaan obat penyelamat. Obat pengontrol diminum rutin setiap hari. Dapat mengurangi peradangan, mengendalikan gejala dan mengurangi resiko eksaserbasi dan penurunan fungsi paru-paru. Terapi inhalasi merupakan bentuk pengobatan asma yang lebih disukai karena dapat mencapai konsentrasi tinggi di paru-paru, memiliki efek samping sistemik yang lebih sedikit, dan dapat ditoleransi lebih baik dibandingkan obat sistemik.

Kesimpulan: Satu kasus yang dilaporkan pada serorang wanita yang berusia 30 tahun. Pasien melaporkan kesulitan bernafas, batuk tidak berdahak, mengi, dada trasa berat, mual, dan nyeri perut. Sesak nafas pasien ini disebabkan oleh perubahan cuaca atau suhu dingin, debu, bulu, dan asap. Penderita sering mengalami kesulitan bernafas dari sore hingga dini hari. Pasien mempunyai riwayat alergi tehadap debu, pilek, dan bersin pada pagi hari.hasil pemeriksaan fisik pada orang didapatkan bunyi mungi pada ekspirasi. Dalam kasus ini, pasien didiagnosis menderita asma ringan hingga sedangan. Penatalaksanaan medis mencakup bronkodilator seperti agonis seperti beta-2 dan antagonis dan muskarinikserta obat anti inflamasi seperti steroid inhalasi. Prognosis dalam kasus-kasus ini dubia ad bonam, kemungkinan besar adalah pengendalian penyakit yang baik atau sangat baik dan kehidupan normal, hanya terganggu oleh kebutuhan akan pengobatan teratur dan kadang-kadang bagian parah. (*)