MEMOX.CO.ID – Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Malang mendata, sebanyak 13 desa dari lima kecamatan di Kabupaten Malang masuk kategori rentan pangan ringan hingga sedang. Hal itu disebabkan menyusutnya lahan pertanian di beberapa titik serta kurangnya akses.
Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Malang Shanti Rismandini menyampaikan, lima kecamatan itu antara lain Kecamatan Dau, Kecamatan Pakis, Kecamatan Tirtoyudo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, dan Kecamatan Tajinan.
“Sebenarnya rentan pangan itu karena mereka tidak punya sumber pangan sendiri, kemudian aksesnya sulit. Misalnya akses suplai beras susah maka itu termasuk,” katanya.
Tapi kalau benar-benar rawan pangan, artinya wilayah untuk memperoleh pangan yang cukup tidak ada, maka di Kabupaten Malang tidak termasuk itu. Hanya saja ada satu desa di Kecamatan Dau masuk rentan pangan sedang.
“Yang masuk rawan pangan di Kabupaten Malang tidak ada. Cuma ada satu desa di Desa Petungsewu, Dau masuk kategori rentan sedang. Karena di sana wilayah lingkar kota dan sumber lahannya tidak ada. Tapi aksesnya gampang, suplai beras gampang,” katanya.
Maka dari itu, hal yang harus dilakukan DKP adalah, diperlukan perbaikan akses bahan pangan yang baik. Supaya masyarakat tercukupi.
“Di sana juga banyak lahan sudah alih fungsi dari yang sebelumnya. Jadi semakin menyusut lahan di sana,” tegasnya.
Masalah yang hampir sama juga terjadi di wilayah Sumbermanjing Wetan (Sumawe) Kabupaten Malang. Hal itu lantaran merupakan pesisir dan wisata. Di sana pula beberapa wilayah banyak berubah menjadi wilayah industri dan usaha.
Maka dari itu, untuk mengatasi rentan pangan itu terjadi, diperlukan perbaikan akses. Sebab rasio luas lahan pangan yang bergeser mengharuskan dilakukan berbagai alternatif.
Selain itu, diperlukan pula gerakan tanam di pekarangan yang pekarangannya masih ada. Namun jika pekarangannya tidak ada, maka cara terampuh hanyalah perbaikan akses.
“Untuk mengurangi kerawanan, aksesnya yang diperbesar. Atau digerakkan di pekarangan agar ada tanaman pangan. Meskipun kota jarang ada pekarangan. Akses ketersediaan pangan dan distribusinya diperhatikan. Karena kalau tidak ada pertanian memang komponen utamanya berkurang,” pungkasnya. (nif)