MEMOX.CO.ID – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, secara resmi memberlakukan tarif impor baru sebesar 19% untuk produk-produk asal Indonesia. Kebijakan ini menandai perubahan signifikan dalam hubungan dagang kedua negara dan diumumkan Trump melalui platform Truth Social pada Selasa (15/7/2025).
Dalam pernyataannya, Trump menyebut kesepakatan ini sebagai “kemenangan besar” bagi perekonomian AS. Sebelumnya, ia mengancam akan menaikkan tarif hingga 32% jika tidak ada kesepakatan yang dicapai.
“Great deal, for everybody, just made with Indonesia. I dealt directly with their highly respected President,” tulis Trump.

Indonesia Beli 50 Pesawat Boeing dan Produk AS Lainnya
Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Indonesia menyetujui pembelian:
- 50 unit pesawat Boeing, termasuk seri 777 dan 737 MAX, untuk maskapai nasional dan swasta dalam lima tahun ke depan.
- Produk energi AS senilai US$15 miliar.
- Produk pertanian AS senilai US$4,5 miliar.
Sebaliknya, ekspor AS ke Indonesia akan dibebaskan dari tarif, memberikan keuntungan satu arah bagi produk-produk Amerika di pasar Indonesia.
Jadwal Implementasi dan Tinjauan Ulang
Kebijakan ini akan berlaku mulai 1 Agustus 2025, dengan masa transisi 60 hari untuk kontrak yang sedang berjalan. Pemerintah AS dan Indonesia juga sepakat untuk meninjau ulang kesepakatan dalam 18 bulan guna mengevaluasi dampaknya terhadap neraca perdagangan kedua negara.
Respons Pemerintah Indonesia dan Reaksi Global
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Indonesia yang mengonfirmasi detail teknis kesepakatan. Namun, analis menilai langkah ini membantu menjaga akses ekspor Indonesia ke pasar AS di tengah ancaman tarif yang lebih tinggi.
Kebijakan Trump ini juga memicu respons global, di mana beberapa mitra dagang AS dikabarkan bersiap memberlakukan tarif balasan sebagai respons terhadap paket “Liberation Day Tariffs” yang akan diimplementasikan menjelang 1 Agustus 2025.
Dampak dan Prospek ke Depan
Kesepakatan ini menjadi bagian dari strategi Trump memperkuat posisi AS dalam perdagangan global. Sementara itu, Indonesia berhasil menghindari tarif lebih tinggi namun harus membuka pasar lebih lebar untuk produk AS. (*/Crs)