Malang, MEMOX.CO.ID – Suasana depan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang berubah menjadi ruang doa dan suara publik, Senin (1/9/2025). Sejumlah elemen masyarakat, mulai dari mahasiswa hingga warga biasa, berkumpul sejak pukul 10.00 WIB di Balai Kota Malang, tepat di depan gedung DPRD.
Mereka menggelar aksi damai. Tak ada kekerasan, tak ada kericuhan, hanya taburan bunga, doa, dan slogan-slogan yang ditempel di pagar. Semuanya ditujukan kepada wakil rakyat—yang justru dinilai telah menyakiti demokrasi itu sendiri.

Dalam aksi ini, massa membawa tiga tuntutan utama: perlindungan terhadap aktivis dalam demonstrasi, pengusutan penembakan aktivis, serta keadilan atas peristiwa ojek online yang terlindas kendaraan taktis. Tiga tuntutan sederhana, tapi cukup untuk menguji seberapa sehat telinga para pemimpin negeri ini.
“Ini aksi damai. Kami hanya ingin menyuarakan doa, memberikan suara terbaik untuk korban, dan tentu saja berharap agar telinga pemerintah sehat walafiat,” ucap salah satu peserta aksi dengan lantang.
Di balik taburan bunga dan doa itu, ada sindiran tajam yang tidak bisa diabaikan. Sebab, rakyat tidak hanya berdoa untuk korban, tetapi juga untuk para wakilnya—agar benar-benar mau mendengar, bukan hanya pura-pura mendengar.
Karena apa gunanya gedung megah bernama DPRD, bila telinga di dalamnya tuli dan hati di dalamnya beku? (Aye/sg)






