Petani Milenial Minim di Kab Malang, Perlu Kolaborasi Pemerintah Pusat

Minim petani milenial, mayoritas usia petani 40 tahun keatas

MEMOX.CO.ID – Petani milenial di kabupaten Malang terbilang minim. Dari jumlah petani yang mencapai sekitar 90 ribu orang, yang tergolong petani milenial usia 19-40 tahun hanya 9.374 orang, Rabu (10/01/2024).

Untuk meningkatkan antusias generasi muda menjadi petani, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DPTHP) Kabupaten Malang Avicena Sani Putera menyebut perlu adanya intervensi dari pemerintah, baik pusat maupun daerah.“Petani muda yang sudah terintervensi program YeSS mulai 2021 sampai 2023 hanya 6.610 orang,” ujarnya

Avicena Sani Putera menambahkan, Program YeSS tersebut merupakan kerjasama antara Kementerian Pertanian (Kementan) dengan International Fund For Agricultural Development (IFAD) yang dirancang untuk menghasilkan wirausahawan muda pedesaan.”Serta tenaga kerja yang kompeten di bidang pertanian,” katanya.

Pada 2024 ini, dirinya merencanakan akan membuat pelatihan sebanyak 2.000 orang petani milenial. Pelatihan tersebut antara lain peningkatan kapasitas SDM, kemudian jalur motivasi bisnis, manajemen bisnis, literasi keuangan, proposal bisnis, dan advance training.

Dengan begitu, jumlah petani milenial yang terintervensi program peningkatan kapasitas itu bisa bertambah menjadi 8.610 orang.

Walaupun lanjut Avicena Sani Putera, sebenarnya jumlah itu masih belum mencukupi untuk regenerasi.

“Berapa jumlah yang dibutuhkan kami belum melakukan perhitungan yang pasti,” katanya.

“Namun, bisa dilihat dari produktivitas. Misalnya, pada saat panen, produksinya terlambat, karena tenaganya minim,” lanjutnya.

Meski minim, petani milenial tersebut dikatakan sudah cukup memiliki kesadaran tentang pentingnya penggunaan teknologi dan familiar dengan teknologi informasi.

Terlihat, cara bertanam yang dikembangkan petani milenial ini semuanya berbasis sistem pertanian ramah lingkungan atau organik dengan penggunaan ekoenzim.

Selain itu, para petani muda itu juga memanfaatkan greenhouse dalam budidaya tanaman hortikultura, baik menggunakan hidroponik maupun konvensional di lahan.

“Walau minim tapi mereka familiar dengan teknologi informasi,” pungkasnya. (nif).