MEMOX.CO.ID – Pelaku kesenian bantengan di Kota Batu mengeluhkan kurangnya akses untuk ruang berekspresi meskipun kehadirannya menjadi bagian penting dari ekosistem yang mendukung sektor kebudayaan di kota yang terkenal akan destinasi wisata tersebut. Pasalnya, sejauh ini dukungan pemerintah daerah belum menyentuh kepada seluruh pelaku seni dan budaya terlebih soal perizinan untuk tampil yang masih sering sulit untuk didapatkan.
Ketua Bantengan Nuswantara Kota Batu, Agus Riyanto membenarkan hal tersebut ketika dikonfirmasi oleh awak media pafa Jumat kemarin (5/5/2023). “Saat ini sangat minim dukungan dari pemerintah. Itu yang dialami oleh para pelaku seni dan budaya di Kota Batu dan Malang Raya dan ini termasuk kesenian apapun bukan hanya kesenian bantengan. Padahal yang dibutuhkan oleh para pelaku seni dan budaya ya tempat untuk berekspresi,” katanya.
Ia mengkhawatirkan apabila perizinan masih kerap susah didapat maka kesenian bantengan berpotensi tidak meredup eksistensinya dan bahkan punah di kemudian hari. Sehingga ia menginginkan pemerintah daerah untuk memperbanyak gelaran event dengan melibatkan para pelaku kesenian bantengan.
Apalagi menurutnya sebuah event merupakan bagian dari ruang berekspresi yang merupakan ‘nafas’ dari para pelaku seni dan budaya terlebih dengan adanya event seni dan budaya akan mendukung pariwisata suatu daerah. “Kami butuh dibuatkan event, event itu penting bagi pelaku kesenian bantengan. Karena melalui sebuah event merupakan semangat kami untuk terus melestarikan seni dan budaya,” imbuhnya.
Lebih lanjut, pihaknya juga berharap dukungan peralatan bisa diberikan oleh pemerintah kepada para kelompok seni dan budaya yang membutuhkan. Namun, dia tidak menyarankan dalam bentuk uang karena menurutnya dapat merusak marwah seni dan budaya itu sendiri yang mengutamakan sifat kemandirian.
Apalagi saat ini perkembangan kesenian bantengan sangat pesat dan ampir setiap tahun dari kurun waktu lebih dari 10 tahun belakangan bermunculan kelompok Bantengan baru di Malang Raya dan saat ini jumlahnya diperkirakan sudah tembus 300 kelompok. Hal ini dikarenakan regenerasi terus berjalan terutama untuk anak-anak.
“Dukungan uang tidak selalu baik, menurut saya bisa meracuni para pelaku seni dan budaya. Kalau kesenian bantengan dan pelaku seni dan budaya dalam melakukan segala sesuatunya dengan mandiri, seperti urunan dan gotong royong. Memang dukungan peralatan sangat perlu dari pemerintah,” tandasnya. (rul)