MEMOX.CO.ID – Masih dalam bulan Oktober 2025 yang bertepatan pada 2 Oktober 2025 dimana Batik diakui oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009 sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan, Minggu (19/10/25)
Pengakuan ini mengukuhkan batik sebagai warisan dunia yang kaya akan nilai seni, budaya, dan identitas bangsa Indonesia. Karenanya tiap tanggal 2 Oktober hampir di setiap daerah, berbagai komunitas, instansi, dan lembaga turut memeriahkan serta memperingatinya sebagai Hari Batik Nasional.
Tak terkecuali Asosiasi Perajin Batik Kota Malang, khususnya di Kecamatan Kedungkandang, yang menggelar Pelatihan Membatik Bagi Perempuan.
Kegiatan ini difasilitasi oleh TP PKK Kecamatan Kedungkandang dan diselenggarakan di halaman belakang kantor kecamatan, di bawah pohon rindang yang menghadirkan suasana akrab dan inspiratif.
Sebanyak 50 peserta dari perwakilan tiap kelurahan se-Kecamatan Kedungkandang turut serta dalam pelatihan ini.
Salah satunya adalah Batik Buring, yang menjadi satu-satunya produsen batik alami di Kota Malang. Selain itu, wilayah Bumiayu dan Arjowinangun juga memiliki peluang besar untuk berkembang menjadi sentra batik, apalagi di sana terdapat perajin difabel yang turut menggeluti dunia batik.
Ki Demang, atau Isa Wahyudi selaku Ketua Asosiasi Perajin Batik Kota Malang, menegaskan makna filosofis dari motif tumpal yang diaplikasikan pada sampur tari.
“Makna filosofi tumpal untuk sampur bahwa dalam ragam gerak sampur ada seblak sampur. Hal itu menandakan bahwa tumpal adalah doa tolak balak, sehingga dalam menari ada gerakan seblak sampur yang membuang ke kiri dan ke kanan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa batik tumpal sampur tari Malang ini akan didedikasikan bagi para seniman dan penari tradisional Malang. “Sehingga tari Malang mempunyai ciri khas batik Malang, salah satunya sampur,” tambah Ki Demang.
Sebagai rangkaian kegiatan, Hannie Purwandari mengumumkan bahwa pada 26 Oktober 2025 akan digelar Festival Batik Malang Kedungkandang.
Festival ini diharapkan menjadi wadah bagi masyarakat untuk semakin mencintai batik, memperkuat identitas budaya Malang, sekaligus mendukung perajin lokal dalam meningkatkan kreativitas dan produktivitasnya.(*)






