Kamala Harris Tuding Donald Trump Idolakan Diktator Dunia dalam Debat Capres

Ft: Harris di Debat Capres: Trump bersalaman dengan Kamala Harris. (ist).
Ft: Harris di Debat Capres: Trump bersalaman dengan Kamala Harris. (ist).

MEMOX.CO.ID – Dalam debat calon presiden AS yang berlangsung, pada Selasa malam (10/9) waktu lokal, Kamala Harris dari Partai Demokrat menuding lawannya, Donald Trump dari Partai Republik, terkenal mengidolakan diktator dunia. Harris mengklaim bahwa Trump menunjukkan ketertarikan yang mencolok terhadap para pemimpin otoriter dan bahkan pernah mengungkapkan keinginannya untuk menjadi seorang diktator di masa depan.

Harris memaparkan, Trump telah menunjukkan kedekatan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un, dua pemimpin yang sering kali menjadi musuh utama AS.

“Sudah banyak yang diketahui bahwa Trump mengagumi para diktator dan telah mengungkapkan keinginannya untuk menjadi diktator sendiri. Ia bahkan mengatakan kepada Putin bahwa Putin dapat melakukan apa saja, termasuk agresi ke Ukraina,” tegas Harris dalam debat tersebut.

“Trump juga dikenal dengan ‘surat cinta’ yang dikirimnya kepada Kim Jong Un. Para diktator dan otokrat ini jelas mendukung Trump untuk kembali menjadi presiden karena mereka tahu betul bagaimana memanipulasi dirinya dengan pujian dan dukungan,” lanjut Harris, sebagaimana dikutip oleh ABC News.

Serangan ini dilontarkan Harris setelah Trump mengklaim bahwa dirinya membenci Israel, bahkan menyebut bahwa Israel akan lenyap jika Harris terpilih sebagai presiden. Trump juga menambahkan bahwa jika dia terpilih kembali, konflik di Jalur Gaza tidak akan terjadi.

“Dia (Kamala Harris) membenci Israel,” kata Trump dalam debat capres di Pennsylvania. “Dengan caranya sendiri, dia juga membenci penduduk Arab karena seluruh wilayah itu akan hancur—orang Arab, orang Yahudi, Israel. Israel akan lenyap,” tambah Trump.

Israel merupakan sekutu dekat AS, dan sikap Gedung Putih terhadap Israel sering menjadi faktor penting bagi pemilih AS dalam menentukan calon presiden. Saat ini, AS berada di bawah tekanan internasional karena Israel terus melancarkan agresi ke Jalur Gaza Palestina. Meskipun AS menyatakan dukungan terhadap Israel untuk “mempertahankan diri” dari serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, Gedung Putih juga menekan Tel Aviv untuk meminimalisir korban sipil dan mendukung gencatan senjata di Gaza. (*abc/cdp/mzm)