Di Kabupaten Malang Ada 10 Pasar Rakyat Perlu Perbaikan

FT. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Kabupaten Malang, Muhammad Nur Fuad Fauzi. (Memox.co.id/nif)
FT. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Kabupaten Malang, Muhammad Nur Fuad Fauzi. (Memox.co.id/nif)

Malang, MEMOX.CO.ID – Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Kabupaten Malang, Muhammad Nur Fuad Fauzi mengatakan, setidaknya ada 10 pasar rakyat yang dikeluhkan masyarakat untuk dilakukan perbaikan. Keluhan itu lantaran atap pasar banyak yang bocor.

Pernyataan ini disampaikan Fuad, saat ditemui di Hotel Grand Miami, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, pada Selasa (6/8/2024) kemarin. Ia menegaskan, wacana perbaikan itu sudah dilakukan dan akan diusulkan saat PAK (Perubahan Anggaran Keuangan).

Karena, lanjut Fuad, pada tahun 2024, belum terdapat alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2024 untuk perbaikan pasar. Sehingga wacana perbaikan 10 pasar akan diusulkan saat PAK.

“Saat ini kami masih menunggu tergantung alokasi anggaran,” katanya.

Lebih lanjut Fuad menerangkan, sebenarnya pasar tradisional yang memerlukan perbaikan tidak hanya 10 pasar saja. Sekitar 34 pasar tradisional yang ada di Kabupaten Malang juga memerlukan perawatan.

Akan tetapi, mengingat keterbatasan anggaran yang terjadi, sehingga pasar yang dianggap rusak parahlah yang akan menjadi prioritas. Diantaranya, yakni pasar Pakis dan Sumberpucung.

“Kecuali pasar Lawang dan Tumpang tidak masuk dalam daftar perbaikan. Karena pasar itu telah direncanakan perbaikan dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU),” katanya. Sehingga, dua pasar tersebut tidak lagi mengandalkan APBD Kabupaten Malang.

Pejabat eselon II B Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang menambahkan, karena kalau dibiarkan becek, itu akan berdampak pada menurunnya pengunjung pasar. Bisa jadi para pengunjung pindah ke pasar modern seperti mall maupun minimarket atau pusat perbelanjaan lainnya yang secara harga lebih mahal.

“Sekarang orang beli di mall atau supermarket, nyaman, tapi keluhnya mahal. Kalau di pasar tradisional itu becek, tapi murah, kalau beceknya dikurangi terus murah, nanti kan lari ke pasar lagi, jadi gerakan belanja kembali ke pasar kita gerakkan lah,” ujarnya.

“Misalnya membenarkan talang, ya benarkan talang dulu, tergantung alokasi anggaran. Artinya kita ambil yang skala prioritas. Paling tidak di pasar itu tidak becek,” pungkasnya. (nif/mzm).