MEMOX.CO.ID – Bank Indonesia (BI) Malang menghimbau kepada masyarakat yang membutuhkan uang pecahan baru dalam menyambut hari raya Idulfitri 2025, untuk menggunakan layanan penukaran uang resmi.
Heru Cahyono selaku Kasir BI Malang mengatakan, karena uang yang ditukarkan oleh jasa penukaran uang itu, bisa jadi uang palsu. Apalagi masyarakat yang minim pengetahuan tentang uang palsu, gampang sekali terkecoh.
“Dia rugi kan. Apalagi pengetahuan tentang uang palsu itu masih minim,” katanya, Rabu (5/3/2025) kemarin saat ditemui di Stadion Kanjuruhan Malang.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, jasa tukar uang menjamur menjelang Hari Raya Idulfitri di sejumlah daerah termasuk Malang. Mulai jalan Ahmad Yani, hingga Jalan Sultan Agung di Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, itu akan terisi penuh dengan jasa tukar uang.
Kecuali, lanjut Heru, kalau masyarakat getol misalkan buka Instagram-nya BI Malang, itu bisa sedikit tercerahkan. Karena di sana, kata Heru, ada program CBP (cinta bangga paham rupiah).
Di cinta bangga paham rupiah itu, nanti belajar mengenai ciri-ciri keaslian rupiahnya. Nah dengan demikian, masyarakat bisa tahu, apakah uang tersebut asli atau palsu.
“Terus kalau uang robek itu sebenarnya bisa ditukar apa nggak, itu di CBP juga ada penjelasannya,” jelasnya.
Selain itu, kita kata Heru, tidak bisa menjamin jumlah uang yang ditukar apakah lengkap atau kurang. Misalkan dia bilangnya “seratus”, lalu usai menukarkan uang dia pergi, setelah dihitung uangnya kurang kan malah rugi.
“Ia kalau masih di loket akan diganti. Kalau dia sudah pergi ya susah selesai,” jelasnya.
Maka dengan demikian, dirinya menghimbau agar lebih berhati-hati dalam melakukan penukaran uang. Apalagi antusias masyarakat akan kebutuhan uang pecahan baru dalam menyambut hari raya cukup tinggi.
“Kami sudah melakukan antisipasi supaya meminimalisir jumlah jasa penukaran uang. Dengan apa?, dengan mengurangi outlet penukaran uang yang dilakukan oleh BI,” katanya.
Sebelumnya, khusus di Kabupaten Malang, ia membuka lima titik penukaran uang yang dilakukan langsung oleh BI Malang. Karena dari tahun ke tahun, animo masyarakat akan kebutuhan uang pecahan baru cukup tinggi.
Tapi ternyata di sisi lain, jumlah jasanya juga tumbuh menjamur. Sehingga untuk mitigasi itu, kita, kata Heru, lakukan satu kali saja. Seperti di Kabupaten Malang hanya ada satu kali.
“Di Probolinggo, Kraksaan juga sekali dengan harapan kita bisa meminimalisir kegiatan jasa seperti itu yang sangat merugikan masyarakat,” pungkasnya. (nif/syn)