Malang, Memo X – Usulan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang untuk melegalkan kesenian bantengan menjadi kesenian asli Kabupaten Malang tersendat. Lantaran usulan itu tidak disetujui untuk diajukan dalam hak kekayaan intelektual (HAKI) milik Kabupaten Malang.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Malang Purwoto Rabu (21/8/2024) kemarin saat dikonfirmasi soal kesenian bantengan.
Walaupun ada penolakan, namun Purwoto mengaku akan kembali mendaftarkan kesenian bantengan tersebut dalam Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) karena ada beberapa pertimbangan.
“Salah satu pertimbangan kembali dilakukan karena, berdasarkan kajian yang telah dilakukan para budayawan, asal-usul kesenian bantengan berasal dari Candi Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang,” katanya.
Sehingga ini harus diperjuangkan. Dan perjuangan ini tidak hanya berjalan saat ini saja, pihaknya sudah pernah melakukan pendaftaran HAKI tradisi tersebut beberapa waktu lalu.
“Bantengan itu sudah pernah kami usulkan untuk kita HAKI, tetapi tidak diterima. Sudah 3 tahun yang lalu kalau gak salah,” jelasnya saat dikonfirmasi, Rabu (21/8/2024) kemarin.
Purwoto menerangkan, salah satu alasan kenapa pendaftaran tersbut ditolak karena beberapa pertimbangan. Dimana salah satunya adalah, banyak daerah lain yang mengenal, melakukan, dan mengaku kesenian tersebut adalah kesenian ciri khas asli daerahnya.
“Di Kota Batu banyak bantengan, di Kota Malang banyak bantengan, Mojokerto ada bantengan. Jadi semuanya punya keinginan meng HAKI itu, jadi disana justru menjadi ditolak,” ungkapnya.
Meskipun sempat tidak diterima, pemerintah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang akan terus memperjuangkan. “Ya itu nanti dikaji lagi, ditulis lagi dalam bentuk kajian resmi begitu. Mudah-mudahan itu nanti suatu saat kita bisa ajukan lagi untuk menjadi HAKI di Kabupaten Malang,” katanya.
“Karena berdasarkan kajian-kajian yang dlakukan oleh budayawan, ditemukan relief yang diduga sejarah dari kesenian bantengan itu sendiri di Candi Jago,” pungkasnya. (nif).