Suku Batak dan Minangkabau pencetak sarjana terbanyak di Indonesia, mengapa Jawa terendah?

Ft: Suku Batak dan Minangkabau pencetak sarjana terbanyak di Indonesia dengan persentase 18,02% kemudian disusul suku Minangkabau dengan 18,00%. (ist)
Ft: Suku Batak dan Minangkabau pencetak sarjana terbanyak di Indonesia dengan persentase 18,02% kemudian disusul suku Minangkabau dengan 18,00%. (ist)

MEMOX.CO.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini mempublikasikan data tentang Profil Suku dan Keragaman Bahasa Daerah Long Form Sensus Penduduk 2020.

Salah satu catatan yang menarik perhatian publik menyangkut tingkat pendidikan. Menurut BPS, suku Batak menyumbang jumlah lulusan sarjana terbanyak di Indonesia dengan persentase 18,02% kemudian disusul suku Minangkabau dengan 18,00%.

Sedangkan suku Jawa berada di urutan kedelapan dengan persentase 9,56% dan terakhir suku Madura 4,15%.

Ft: Istimewa (ist).

Dalam laporan yang disusun BPS dikatakan bahwa Long Form Sensus Penduduk 2020 ini merupakan rangkaian kegiatan Sensus Penduduk yang dilakukan pada 2022 –tertunda dua tahun akibat pandemi Covid– untuk menggambarkan profil sosial demografi dari sepuluh suku di Indonesia.

Informasi yang hendak diperoleh di antaranya menyangkut kewarganegaraan; suku; agama; ketenagakerjaan; pendidikan; bahasa; disabilitas; tingkat kelahiran (fertilitas); angka kematian (mortalitas); dan perumahan.

Untuk mengumpulkan keterangan yang dibutuhkan, Long Form Sensus Penduduk 2020 ini menggunakan kuesioner dengan pendekatan berupa pengakuan responden (self-identification).

Statistik Ahli Madya BPS, Dendi Handiyatmo, mengatakan metode wawancara langsung ini juga didukung dengan kesesuaian data dalam Kartu Keluarga.

“Kartu Keluarga menjadi pegangan supaya lebih update ketika kami menanyakan langsung,” katanya kepada BBC News Indonesia, Rabu (29/01).

Pendataan Long For Sensus Penduduk 2020 dilaksanakan di seluruh Indonesia (514 kabupaten/kota) dengan jumlah sampel sebesar 5% atau sekitar 4,29 juta rumah tangga.

Pembagiannya, menurut Dendi, rata-rata 10% di setiap provinsi.

“Kecuali di Jawa [lebih besar] karena lebih banyak jumlah rumah tangganya.”

Kendati demikian, BPS memberikan catatan bahwa laporan tersebut tidak lepas dari kesalahan atau error. Kesalahan bisa terjadi karena sampling error dan nonsampling error.

Sampling error terjadi lantaran hanya sebagian dari populasi yang diambil sebagai sampel, yang mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan karakteristik atau variabel yang ada dalam seluruh populasi.

Selain itu, kesalahan juga dapat terjadi dari nonsampling error pada saat pengumpulan data, sebut BPS.

Mengapa suku Batak menganggap pendidikan tinggi penting?

Bagaimana dengan suku Minangkabau? (crys)