Menengok Masjid AI Muchlisin di Dusun Macari Pesanggrahan Batu

History : Masjid AI Muchlisin di Dusun Macari Pesanggrahan Batu. (lih)

Batu, Memox.co.id – Lahirnya sebuah nama sebuah daerah selalu terkait erat dengan sejarah masa lampaunya. Salah satunya adalah Dusun Macari yang berada di Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu. Wilayah ini menjadi sasaran penyebaran agama Islam di Kota Batu setelah runtuhnya kerajaan Majapahit kisaran tahun 1478.

Sejak keruntuhan kerajaan Hindu itulah cikal bakal Kerajaan Demak mulai melakukan penyebaran agama Islam di beberapa daerah seperti Dusun Macari Kota Batu sekitar tahun 1500 an.

Saat itulah, penyebaran Islam di Kota Batu mulai dilancarkan. Satu bukti yang tersisa hingga saat ini adalah keberadaan Masjid AI Muchlisin di Dusun Macari. Konon, dari sejarah lisan atau tutur yang diceritakan nenek moyang warga asli Macari, itu menjadi masjid pertama di Kota Batu.

Jauh beberapa tahun, sekitar 1827 berdirilah pertama dan tertua Masjid Al Muchlisin. Dengan masuknya Islam di Kota Batu, tepatnya di Dusun Macari, tentu menegaskan bahwa dusun tersebut menjadi pusat penyebaran Islam. Yang sebelumnya juga menjadi pusat tempat peribadatan agama Hindu.

Sejarah lisan itu menjadi terang benderang setelah ditemukannya patung Brahmacari yang terkubur di belakang masjid Al Muchlisin pada tahun 1950 oleh warga asli Dusun Macari bernama Troliman yang bekerja sebagai pembuat bata. Kemudian berlanjut dengan temuan umpak Batu dengan ornamen patma atau teratai pada tahun 2015.

Semua itu diceritakan oleh Ulul Azmi yang merupakan tokoh masyarakat sekaligus keturunan almarhum K.H. Zakaria yang juga disebut sebagai Mbah Matsari. “Itu semua sepenggal cerita lisan secara turun menurun dari nenek moyang tentang sejarah Dusun Macari,” ujar Azmi via ponselnya.

Ia menjelaskan lebih lanjut, dari ditemukannya patung Brahmacari yang jaraknya kurang lebih 50 meter arah Barat lokasi masjid yang sekarang dan umpak batu tersebut menjadi penegas dari cerita tutur Dusun Macari. “Pendiri masjid tertua di Kota Batu inilah yang dikenal bernama Mbah Matsari atau tak lain adalah K.H Zakaria,” tandasnya.

Mbah Matsari, lanjutnya, datang ke Dusun Macari bersamaan dengan sejumlah pengawal Pangeran Diponegoro yang tidak Iain adalah Abu Ghonaim yang juga salah satu tokoh babat alas Desa Bumiaji. “Saat itulah beliau menyebarkan agama Islam juga mendirikan masjid sekaligus menetap di daerah tersebut. Yang kemudian masjid itu diberi nama Al-Muhlisin,“ ujar Azmi yang juga Kepala MI Darul Ulum Kota Batu ini.

Tak jauh dari masjid itu, juga ada sumber air di sebuah kolam yang saat ini disebut Blumbang Macari. Di mana blumbang itu dimanfaatkan oleh warga Macari, yang dulunya hanya sekitar 50 KK untuk mandi hingga belajar berenang.

“Berjalannya waktu dengan adanya masjid tersebut, banyak warga yang mulai berdatangan untuk mengaji sepulang kerja. Saat itu banyak pekerja adalah petani di lahan milik Mbah Matsari. Sehingga sepulang menjadi buruh tani mereka pergi untuk mengaji,” bebernya.

Dari situlah, semua warga Dusun Macari memeluk agama Islam. Di mana juga beriringan dengan penjajahan Belanda sejak tahun 1602 hingga 1952 yang juga menyisakan berbagai cerita tentang Laskar Hizbulloh dari Dusun Macari. (jun)