Rencana pengadaan mobil Toyota Land Cruiser Prado senilai miliaran rupiah per unit akhirnya dibatalkan setelah gelombang protes besar yang berujung ricuh di Dili.
MEMOX.CO.ID – Suara ribuan mahasiswa dan aktivis di Timor Leste akhirnya didengar. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Timor Leste secara resmi mengumumkan pembatalan rencana kontroversial pengadaan 65 unit mobil dinas baru pada Selasa (16/9/2025). Keputusan ini diambil setelah tekanan publik yang masif melalui demonstrasi yang melumpuhkan ibu kota, Dili, sejak awal pekan.
Rencana pengadaan mobil mewah jenis Toyota Land Cruiser Prado ini sebelumnya telah memicu kemarahan publik. Pasalnya, proyek tersebut dianggarkan menelan biaya hingga 4,2 juta dolar AS, dengan harga per unit mobil ditaksir mencapai Rp2 miliar hingga Rp3 miliar.

Gelombang Protes Picu Pembatalan
Demonstrasi yang dimotori oleh kalangan mahasiswa dan aktivis dimulai pada hari Senin (15/9/2025). Massa berkumpul di depan gedung parlemen, menyuarakan penolakan keras terhadap rencana yang dianggap sebagai pemborosan uang pajak di tengah tantangan ekonomi yang dihadapi negara.
Aksi yang semula damai memanas pada hari Selasa, hingga berujung ricuh. Massa dilaporkan menggeruduk kompleks parlemen dan merusak beberapa fasilitas, termasuk kendaraan yang terparkir. Aparat kepolisian merespons dengan menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan.
Puncak tekanan inilah yang mendorong pimpinan dewan untuk segera mengambil keputusan dan membatalkan tender pengadaan yang dijadwalkan selesai pada bulan September ini.
Anggaran Fantastis dan Ketidakpercayaan Publik
Meskipun pengumuman pembatalan telah disampaikan, hal itu tidak serta-merta meredakan situasi. Ribuan massa kembali turun ke jalan pada hari Rabu (17/9/2025). Mereka mengaku tidak percaya begitu saja pada pernyataan parlemen.
Kecurigaan publik diperkuat oleh adanya rumor yang beredar di kalangan demonstran. “Rumornya, mobil-mobil itu sudah dalam perjalanan,” ungkap Trinito Gaio, salah seorang demonstran di lokasi.
“Inilah mengapa para mahasiswa dan saya ada di sini hari ini, untuk memastikan uang pajak saya tidak disalahgunakan,” tegasnya. Aksi lanjutan ini menunjukkan adanya krisis kepercayaan yang mendalam antara rakyat dan para wakilnya di parlemen.
Sikap Pemerintah dan Kondisi Kepemimpinan
Menyikapi pembatalan ini, Sekretariat Jenderal DPR Timor Leste menyatakan akan kembali fokus pada pemeliharaan kendaraan dinas lama yang selama ini digunakan oleh anggota dewan.
Di tengah memanasnya situasi, Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta, angkat bicara dan menegaskan tidak akan ada toleransi terhadap segala bentuk kekerasan selama demonstrasi.
Sementara itu, kerusuhan terjadi saat Perdana Menteri Xanana Gusmao sedang tidak berada di tempat. Ia dilaporkan tengah melakukan perjalanan dinas ke London, Inggris, dan diperkirakan baru akan kembali ke tanah air pada 22 September mendatang.
Pembatalan ini menjadi kemenangan bagi gerakan masyarakat sipil di Timor Leste, namun unjuk rasa yang terus berlanjut menjadi cerminan bahwa tuntutan rakyat bukan hanya soal kebijakan, tetapi juga soal transparansi dan kepercayaan. (Crs)