20 Orang Disiapkan Untuk Guru SR Tahap 1C Kabupaten Malang

FT. Foto bersama jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang dan Kepala Sekolah serta guru Sekolah Rakyat (SR) tahap 1C di Kabupaten Malang. (MemoX/nif).
FT. Foto bersama jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang dan Kepala Sekolah serta guru Sekolah Rakyat (SR) tahap 1C di Kabupaten Malang. (MemoX/nif).

MEMOX.CO.ID – Sekolah Rakyat (SR) tahap 1C di Kabupaten Malang resmi dibuka, Selasa (30/9/2025). Kepala Sekolah SR Terintegrasi 47 Malang, Warsito mengatakan bahwa, sebanyak 20 orang guru telah disiapkan untuk mengajar di SR tersebut.

“Jumlah gurunya 19. Rinciannya untuk SD 2, kemudian untuk SMA itu 17, kepala sekolahnya 1, semuanya 20,” katanya.

Persyaratan untuk menjadi guru sendiri, Warsito mengaku sangatlah rumit. Selain guru yang mengikuti program profesi pra jabatan, mereka terlebih terjaring di PPG (Pendidikan Profesi Guru). Kemudian ia rekrut untuk menjadi guru di SR tersebut.

“Dan rekrutnya itu tidak mudah. Mereka melalui tes TOEFL (Test of English as a Foreign Language), kemudian tes psikologi, dan tes wawancara yang dilakukan oleh Kementerian Sosial (Kemensos),” katanya.

Untuk statusnya, tenaga pengajar tersebut adalah berstatus P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dari Kementerian Sosial. Mereka sudah melewati rekrutmen kemudian diterima sebagai P3K.

“Namun untuk sampai sekarang, SK-nya belum keluar, masih berkembang,” jelasnya.

Sekolah Rakyat yang berlokasi di Balai Latihan Kerja (BLK) Singosari, Kabupaten Malang ini diikuti dua rombongan belajar (rombel) SD dan SMA. Diantaranya, rombel SD yakni 25 anak, dan rombel SMA 75 anak. Mereka semua adalah warga Kabupaten Malang yang merupakan keluarga tidak mampu serta anak putus sekolah.

Lebih lanjut ia menjelaskan, selain tenaga pendidik, juga disiapkan security, wali asuh, wali asrama, dan tenaga kesehatan. Mereka juga rekrutmen kemudian diterima sebagai P3K.

Mengingat program SR ini adalah asrama, maka setiap wali asuh membawahi 10 orang anak. Kemudian anak-anak akan dibuat senang dalam mengikuti program belajar mengajar tersebut.

“Nanti kunjungan orang tua kami atur sedemikian rupa. Tapi dalam 30-40 hari ini fokus di pembiasaan dulu nanti dikasih kesempatan mungkin satu bulan sekali bisa dikunjungi,” katanya.

“Supaya anak-anak di SR ini mengikuti pembelajaran yang menyenangkan,” pungkasnya. (nif/ume).

Penulis: Hanifuddin MusaEditor: Ume Hanifah